Menurut Luecke (2003:2), inovasi merupakan suatu proses untuk mewujudkan, mengkombinasikan, atau mematangkan suatu pengetahuan/gagasan ide, yang kemudian disesuaikan guna mendapat nilai baru suatu produk, proses, atau jasa.
Inovasi selalu berawal dari kreatifitas. Tanpa jalan itu maka Inovasi hanyalah mimpi. Inovasi juga berarti buah kreatifitas yang mempunyai nilai lebih (value added). Sedangkan kreatifitas adalah cara yang berbeda dalam menuju atau menyelesaikan sebuah masalah.
Membangun budaya inovasi sangat erat hubungannya dengan teori segitiga dari Edgar Schein, yakni bagaimana memadukan antara Artifacts, Values dan Assumptions
(1) Artifacts diartikan sebagai hal-hal fisik yang dikondisikan dan terlihat secara nyata. Contoh agar semua kreatif maka kantor dan ruangan dicat warna warni, dimana-mana ada quote dan disediakan kebutuhan pokok ketika bekerja secara gratis
(2) Value diartikan sebagai nilai atau aturan-aturan
(3) Assumptions. Cara terbaik untuk membuat budaya inovasi adalah dengan bermain di layer Assumptions. Assumptions berarti anggapan, penerimaan atau keyakinan.
Asumsi, akan merubah –> Behaviors, dan prilaku akan merubah –> Budaya
Berikut contoh dari sisi Assumptions :
Nah untuk mencapai ini harus ada perubahan dari atasan dengan komitmen dan contoh :
Jika sudah difahami oleh semua pendukung atau orang dalam organisasi. Maka setiap orang akan mengerti apa yang boleh dan apa yang tidak boleh
Jika semua orang dalam organisasi sudah melakukan secara fokus, konsisten dan terjalin dalam komunikasi yang jelas. Maka akan muncul asumsi baru sebagai penggerak untuk merubah perilaku dan akhirnya menjadi budaya inovasi bersama.
Nah untuk mendapatkan inovasi yang terbaik, maka dibutuhkan otak-otak kreatif yang semuanya bisa dipelajari (bukan bawaan lahir).
Berikut adalah 3 Cara praktis untuk melatih Otak agar Kreatif :