yyudhanto on Kesehatan Umum
6 May 2022 14:58 - 5 minutes reading

Mengenal Infeksi Hepatitis Akut

Dunia kembali menghadapi ancaman wabah penyakit, yaitu hepatitis akut, yang menyerang ratusan anak dengan cepat. Peran sentral orangtua dibutuhkan untuk menekan risiko penyakit hepatitis anak. Hepatitis merupakan penyakit yang ditandai dengan peradangan selsel organ hati manusia oleh infeksi virus. Selain merupakan organ terbesar di tubuh, hati memiliki peran penting, mulai dari produksi empedu untuk penguraian lemak, menyaring darah dari senyawa berbahaya, hingga metabolisme protein.

Menilik sejarahnya, penyakit hepatitis telah lama ditemukan sejak ribuan tahun lalu. Laporan paling awal tentang wabah penyakit kuning yang mengindikasikan keberadaan hepatitis tertulis 5.000 tahun lalu di China dan 2.500 tahun lalu di Babilonia. Hingga kini, jutaan orang meninggal karena infeksi organ hati ini. Konfirmasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terkait munculnya hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya pada awal April 2022 menambah panjang daftar upaya manusia menangani virus penyebab hepatitis. WHO resmi menetapkan kasus hepatitis akut yang bermula di Inggris tersebut sebagai kejadian luar biasa.

Kronologi Penyebaran Hepatitis Akut

Ada peringatan dan rekomendasi khusus yang diberikan oleh WHO, terlebih saat ini status pandemi Covid-19 belum usai. Kronologi temuan kasus bermula saat ada laporan 10 kasus hepatitis yang belum diketahui jenis dan penyebabnya di wilayah tengah Skotlandia. Penyakit tersebut diderita oleh anak-anak di bawah usia 10 tahun.

Setelah penyelidikan dilakukan lebih lanjut, jumlah kasus serupa naik hingga 64 anak, pada beberapa anak dilakukan tindakan transplantasi hati. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan bahwa di dalam tubuh anak yang terinfeksi tidak terdapat virus hepatitis A, B, C, D, dan E.

Ragam Jenis Oenyakit Hepatitis
Ragam Jenis Penyakit Hepatitis

Temuan kasus hepatitis akut terus bertambah. Tercatat sedikitnya ada 169 kasus di 12 negara pada 21April 2022. Hasil pendataan terbaru pada 3 Mei 2022, kasus hepatitis akut mencapai 228 anak dan menyebar di 20 negara.

Mempertimbangkan kondisi yang cukup mengkhawatirkan, Kementerian KesehatanRI mengeluarkan surat edaran tentang kewaspadaan terhadap temuan kasus hepatitis akut pada 27April 2022. Sebelum surat edaran tersebut dikeluarkan, ada tiga anak yang meninggal dengan dugaan hepatitis akut di Indonesia.

Hepatitis akut yang menyerang anak-anak tentu merupakan kejadian yang perlu diwaspadai sebab terjadi dengan cepat dan tiba-tiba. Karena itu, melihat faktor risiko dari infeksi virus penyebab hepatitis secara umum, peran sentral orangtua sangatlah penting untuk melindungi anak-anak.

Ratusan anak yang menderita hepatitis akut berkisar dibawah usia 10 tahun. Usia yang terbilang sangat belia sehingga salah satu pihak yang memegang peranan penting adalah orangtua, khususnya untuk menentukan apa yang tepat untuk dikonsumsi anak serta menjaga kebersihan lingkungan sekitar anak.

Orangtua

Faktor risiko infeksi virus penyebab hepatitis sangatlah beragam, mulai dari kebersihan makanan dan minuman hingga transfusi darah. Kemampuan anak untuk menjamin kualitas kebersihan tentu jauh lebih rendah dari orangtua, termasuk keterbatasan fisik anak-anak untuk melakukan kegiatan tertentu.

Tahapan perkembangan anak menurut usia, khususnya usia anak, sangat bergantung pada orangtua dan orang dewasa lain yang hidup bersama anak. Penting memastikan setiap keluarga di Indonesia memiliki standar hidup bersih dan sehat yang merata agar anak lebih aman dan terhindar dari infeksi virus hepatitis.

Apabila dilihat dari 5 jenis virus hepatitis yang telah teridentifikasi sebelumnya, ada 7 cara penularan virus.

  1. Adalah infeksi melalui mulut karena makanan, minuman, dan benda yang telah terkontaminasi.
  2. Sanitasi rumah buruk dan kotor.
  3. Kebersihan individu sangat rendah.
  4. Infeksi dapat terjadi saat proses transfusi darah,
  5. Penggunaan jarum suntik bergantian.
  6. Tak hanya itu, penularan virus hepatitis juga terjadi melalui transplantasi organ tubuh.
  7. Terakhir, infeksi saat berhubungan seksual.

Tujuh cara penularan virus hepatitis memberikan gambaran jelas terkait obyek utama yang menjadi media perpindahan virus, yaitu cairan tubuh manusia. Jaminan pola hidup bersih dan sehat juga tidak bisa ditawar jika ingin menekan risiko infeksi.

Sebagai upaya penanganan hepatitis, Pemerintah Indonesia sebenarnya telah mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 35 Tahun 2015 tentang Penanggulangan Hepatitis Virus. Dijelaskan bahwa ada 7 langkah penanggulangan hepatitis, yaitu :

  1. Promosi kesehatan,
  2. Perlindungan khusus,
  3. Imunisasi,
  4. Surveilans hepatitis virus,
  5. Pengendalian faktor risiko,
  6. Deteksi dan temuan kasus,
  7. Serta perawatan pasien.

Dari 7 langkah penanggulangan hepatitis, poin pengendalian faktor risiko menjadi kunci utama penanganan secara preventif. Pasal 10 menyebutkan ada 5  cara pengendalian, dua di antaranya sangat tergantung dari kesadaran orangtua dan anggota keluarga yang tinggal bersama. Dua poin menekan risiko infeksi yang dimaksud adalah peningkatan perilaku hidup sehat serta peningkatan kualitas lingkungan. Setiap individu yang memiliki anak penting untuk mencuci tangan berkala, termasuk mengajari anak rajin cuci tangan sebelum dan sesudah beraktivitas.

Orangtua perlu memastikan kebersihan air minum atau hanya meminum air bersih yang matang. Selanjutnya, memakan makanan yang bersih dan dimasak matang sempurna. Kotoran anak dan popok sekali pakai harus dibuang sesuai tempatnya. Terakhir, menggunakan alat makan terpisah antara anak dan orang dewasa.

Penanganan

Ancaman wabah penyakit hepatitis akut kembali menekan stabilitas kesehatan publik yang telah hampir tiga tahun terhantam pandemi Covid-19. WHO dan otoritas kesehatan dalam negeri setiap negara terus melakukan investigasi lebih lanjut. Investigasi yang dilakukan meliputi identifikasi kasus yang mencakup riwayat klinis pasien, pengujian toksikologi (kualitas lingkungan dan makanan), serta tes virologi atau mikrobiologi tambahan. Setiap negara yang telah melaporkan dugaankasus harus segera menyusun rencana penanganan yang terukur.

Hasil sementara WHO menyebutkan adenovirus tipe 41 adalah faktor penyebab yang mendasari kejadian hepatitis akut ini. Tipe virus ini biasanya menyebabkan diare, muntah, demam, dan keluhan di sistem pernapasan manusia. Hanya saja, hipotesis awal yang menyebutkan adenovirus tipe 41 menjadi penyebab hepatitis akut dapat dengan mudah terpatahkan sebab tidak semua pasien anak terinfeksi virus tersebut. Virus lain yang ditemukan adalah SARS-CoV-2. Karena itu, WHO masih dalam tahap penyelidikan lebih lanjut, termasuk kaitannya dengan vaksin Covid-19.

Dalam skala nasional, Kementerian Kesehatan telah mengimbau seluruh perangkat pelayanan kesehatan masyarakat level provinsi hingga kota/kabupaten untuk melakukan pemantauan intensif. Sasaran utama deteksi kasus dugaan hepatitis akut adalah anak berusia kurang dari 16 tahun.

Melihat dua kondisi pasien yang dijadikan rujukan kasus dugaan hepatitis akut, tidak ditemukan virus tipe A, B, C, D, dan E serta AST atau ALT lebih dari 500 IU/L. Kadar AST dan ALT menunjukkan konsentrasi enzim pengubah protein oleh sel-sel hati dan metabolisme asam amino.

Oleh karena itu, kejadian luar biasa hepatitis akut yang diawali di Inggris harus disikapi dengan serius oleh setiap pihak. Seiring penyelidikan oleh WHO, Pemerintah Indonesia perlu menyiapkan beberapa rencana penanganan wabah penyakit hepatitis, termasuk melakukan sosialisasi terhadap orangtua tentang langkah-langkah menekan faktor risiko infeksi. Kesiapan layanan kesehatan publik juga perlu terus dikuatkan di tengah ketidakpastian kondisi krisis kesehatan saat ini. (LITBANG KOMPAS)