Teknologi realitas virtual dapat membantu memacu ingatan dan membuat gembira warga lansia. Teknologi itu membantu kalangan lansia untuk kembali bersosialisasi dan menjadi lebih sejahtera. Perkembangan teknologi, termasuk teknologi realitas virtual, membantu warga lanjut usia “hidup lagi”. Dengan bantuan teknologi itu, mereka dapat menikmati pengalaman hidup dan petualangan yang terasa nyata.
Penelitian memperlihatkan teknologi itu membantu mereka meningkatkan kegembiraan, lebih komunikatif, bahkan menurunkan potensi pikun. Farrell Patrick (91), pensiunan kolonel Angkatan Darat Amerika Serikat, sangat menikmati pengalamannya mengendarai lagi jet tempur angkatan laut di lepas pantai Florida meskipun hanya melalui teknologi realitas virtual (virtual reality/VR).
Ia berputar-putar di kursinya dan berseru gembira. ”Ya Tuhan, indah sekali,” katanya. Seperti dilaporkan kantor berita Associated Press (AP), Selasa (20/2/2024), pensiunan tersebut seperti kembali ke masa mudanya. Padahal, faktanya ia hanya duduk di ruang konferensi John Knox Village, sebuah komunitas pensiunan di pinggiran kota Fort Lauderdale, Florida, AS.
Sebelum bersentuhan dengan alat VR tersebut, Patrick sebenarnya tak mudah terkesan oleh teknologi. Teknologi komputer sejatinya bukanlah hal baru bagi pensiunan itu. Selepas dari karier militernya, Patrick mengajar ilmu komputer di West Point selama era tahun 1970-an dan kemudian di dua universitas swasta selama era 1990-an.
Namun, teknologi VR tersebut membuatnya antusias. Masa-masa muda kala ia masih aktif dalam dinas militer seolah hadir kembali. Komunitas John Knox Village adalah salah satu dari 17 komunitas warga lansia di AS yang berpartisipasi dalam penelitian Universitas Stanford.
Hasil penelitian itu memperlihatkan sebagian besar warga lansia berusia 65-103 tahun menikmati VR. Bagi sebagian besar peserta penelitian, pengalaman menggunakan teknologi VR itu meningkatkan emosi dan interaksi mereka dengan orang lain. Riset yang melibatkan 245 warga lansia itu merupakan bagian dari upaya mengadaptasi VR guna meningkatkan kesejahteraan warga lansia serta membantu mengurangi dampak demensia.
Selama pengujian, warga lansia bisa memilih pengalaman virtual berdurasi 7 menit, seperti terjun payung, mengendarai tank, menonton pertunjukan, bermain dengan anjing dan kucing, atau mengunjungi tempat-tempat memikat di Perancis atau Mesir.
Peranti VR itu memberikan pandangan 360 derajat dan suara sehingga membuat mereka seolah-olah benar-benar mengalami pengalaman tersebut. ”Teknologi ini membawa kembali kenangan perjalanan saya dan membawa kembali kenangan akan pengalaman saya tumbuh di sebuah lingkungan pertanian,” kata Terry Colli (76), mantan direktur hubungan masyarakat pada Kedutaan Besar Kanada di Washington DC, AS. Anne Selby (79), pensiunan konselor, menuturkan, pengalaman VR itu seperti menghidupkan lagi otaknya. ”Saya sangat menikmati hewan peliharaan karena saya punya kucing dan memelihara hewan hampir sepanjang hidup saya,” katanya.
Perubahan positif Studi Stanford, yang bekerja sama dengan perusahaan Mynd Immersive, menemukan adanya perubahan sikap positif pada 80 persen warga lansia. Sekitar 60 persen di antaranya merasa bahwa pengalaman VR itu mengurangi rasa terisolasi secara sosial. Sayangnya, kegembiraan itu berkurang bagi kelompok lansia dengan penglihatan dan pendengaran yang memburuk. Mereka menganggap VR kurang menyenangkan karena tidak bisa menikmatinya.
Para perawat warga lansia juga melaporkan hasil positif. Umumnya pengasuh mengatakan, suasana hati warga lansia yang mereka asuh membaik setelah menggunakan VR. Hubungan warga lansia dengan orang di sekelilingnya juga membaik. Sebagian besar dari mereka mengobrol satu sama lain tentang pengalaman di dunia virtual itu. ”Bagi sebagian besar responden kami, ini adalah pertama kalinya mereka menggunakan VR. Mereka menikmatinya dan berharap dapat melakukannya lagi,” kata Ryan Moore, kandidat doktoral di Stanford yang membantu penelitian tersebut.
CEO dan salah satu pendiri Mynd Immersive, Chris Brickler, mengatakan, penelitian itu membuktikan teknologi VR membantu meningkatkan kesejahteraan warga lansia. ”Teknologi VR ini jauh berbeda dengan televisi atau Ipad yang hanya dua dimensi,” kata Brickler.
Lebih lanjut ia mengatakan, sistem Mynd Immersive segera terhubung ke Google Earth sehingga warga lansia dapat mengunjungi tempat-tempat yang mereka kenal, seperti lingkungan tempat tinggal mereka, sekolah, dan tempat-tempat yang pernah mereka kunjungi semasa muda. Kunjungan virtual itu dapat membawa kembali kegembiraan dan kenangan bagi mereka.
Terpisah dari penelitian itu ditemukan pula, pengalaman dengan VR membantu memacu ingatan yang memantik percakapan di kalangan lansia penderita penyakit kepikunan, salah satunya alzheimer. Hal ini juga dipraktikkan di komunitas lansia John Knox Village.
”Sepertinya mereka hidup kembali saat menceritakan kisah mereka,” kata Hana Salem, koordinator kehidupan bermakna di John Knox Village. Tersedianya alat VR membuat komunitas John Knox Village menjadi lebih meriah. Warga lansia penghuninya dapat berjalan-jalan di taman, mengendarai jet tempur, atau sekadar mengejar anjing dan kucing walau semua itu mereka alami di dunia virtual.
(AP/IRE – Kompas 21/2/24)