Penelitian adalah sebuah cara untuk menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan prosedur yang sistematis dan ilmiah.
Rumusan masalah penelitian hanya dapat dijawab berdasarkan temuan-temuan data empiris dari hasil penelitian.
Penelitian atau Riset (research), artinya search yang berulang, tidak pernah selesai, bertujuan untuk pengembangan ilmu, mengakumulasikan teori dan untuk mengadaptasikan teori, yang dilandasi oleh rasa ingin tahu (curiosity), sedangkan evaluasi dilakukan didasarkan atas kebutuhan akan informasi untuk merumuskan kebijakan, kebutuhan untuk membuat program, dan menilai dampak kebijakan.
Dalam hal yang senada, Worthen dan Sanders (1973), menyatakan bahwa aktivitas riset bertujuan untuk memperoleh generalisasi pengetahuan berdasarkan perumusan dan pengujian hipotesis tentang hubungan antar variabel atau generalisasi tentang fenomena. Pengetahuan yang dimaksud dapat berupa: model teoretis, hubungan fungsional atau deskripsi, yang diperoleh melalui metode empiris dan sistematis, baik untuk diterapkan segera maupun dalam jangka panjang.
Sementara itu, evaluasi adalah proses penentuan nilai dari sesuatu. Hal ini termasuk usaha untuk memperoleh informasi untuk digunakan dalam pembuatan keputusan nilai dari suatu program, produk, prosedur atau keputusan untuk mencapai tujuan tertentu.
Permasalahan yang dapat diselesaikan tanpa dukungan data empiris atau dapat diselesaikan dengan cara mengkaji literatur yang relevan saja maka tidak termasuk pada kategori penelitian.
Semua penelitian membutuhkan data, oleh sebab itu syarat minimal untuk dapat dikategorikan ke dalam penelitian minimal harus mempunyai :
(1) Siapa sasaran (orang atau benda) yang mau diambil datanya,
(2) Bagaimana cara mengambil datanya dan
(3) Bagaimana cara mengolah dan menginterpretasikan data hasil penelitian agar dapat disimpulkan
Agar seseorang dapat melakukan kegiatan penelitian, ada beberapa pengetahuan dasar tentang metode penelitian yang harus dikuasai.
Neuman (2003) membagi penelitian menjadi 4 dimensi yaitu berdasarkan kegunaan, tujuan, waktu dan jenis data. Jenis penelitian yang termasuk pada masing-masing dimensi dapat disimak pada tabel berikut ini :
Menurut tujuannya, riset diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
(1) Riset dasar atau basic atau pure research; dan
(2) Riset terapan (applied research),
yang dibagi menjadi :
(a) Riset Evaluasi (evaluation research);
(b) Riset Pengembangan (research and development atau R & D)
(c) Riset Aksi (penelitian tindakan).
(d) Riset Experiment
Dua jenis penelitian dasar dan terapan ini memiliki tujuan yang berbeda meskipun berada pada dimensi yang sama.
Penelitian terapan bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah praktis atau menghasilkan produk baru. Hasil riset atau penelitian terapan langsung dapat digunakan oleh pemesan atau orang yang berkepentingan.
Riset dasar bertujuan untuk menemukan dasar teori/ pengembangan ilmu pengetahuan. Hasil riset dasar tidak dapat langsung dimanfaatkan tetapi dapat menjadi dasar pengembangan teknologi inovatif pada penelitian terapan.
Riset terapan banyak dimanfaatkan oleh bidang ilmu teknik, rekayasa kesehatan, pertanian, pendidikan, bisnis, dsb. Perbandingan antara basic dan applied research dapat disimak pada tabel berikut ini
Don Adam (1988), telah mempertentangkan kedua paradigma di atas, yaitu positivistik (yang menekankan rasional dan obyektivitas) di satu sisi dan enomenologi/interpretif (yang menggunakan model interaktif dan subyektif) pada sisi/kutub yang lain.
Paradigma positivistik menggunakan proses riset yang konvensional-linier, yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
(1) Fenomena-fenomena sosial/ pendidikan diamati secara parsial, yaitu dengan cara mereduksi sejumlah variabel yang dianggap kurang penting dalam menjelaskan fenomena-fenomena yang dimaksud;
(2) Berpandangan bahwa fenomena-fenomena kehidupan manusia di lingkungan sosialnya bersifat mekanistik dan berlaku universal;
(3) Proses riset menggunakan logika berpikir rasional dan deduktif;
(4) Menekankan pada uji hipotesis dan mengejar generalisasi;
(5) Fenomena-fenomena yang diamati sifatnya teratur/tidak random, sehingga dapat diprediksikan;
(6) Berpandangan bahwa teori bebas nilai dan menganut kebenaran tunggal (nomotetis); dan
(7) memisahkan teori dan praktik.
Di lain pihak, paradigma fenomenologis (interpretif) dalam praktik pelaksanaan riset sering dianggap sebagai proses riset yang bersifat siklikal, berpandangan bahwa realitas (fenomena) tidak tunggal, tetapi bersifat jamak (plural). Tujuan utama riset fenomenologis adalah untuk memperoleh pemahanan terhadap makna (meaning), karena menurut pandangan fenomenologis fenomena (perilaku) yang sama akan mempunyai makna yang berbeda pada konteks kultural yang berbeda. Di dalam mengembangkan pemahaman makna terhadap fenomena tersebut, riset fenomenologi mendasarkan pada gambaran apa adanya menurut interpretasi subyek (folk model).
Paradigma positivistik, atau yang lebih dikenal dengan penelitian kuantitatif merupakan pendekatan yang paling banyak dikenal dalam penelitian berbagai bidang ilmu, termasuk pendidikan, karena merupakan pendekatan yang paling tua.Pendekatan ini diadopsi dari penelitian ilmu-ilmu keras (hard-science), seperti IPA, yang kemudian diterapkan pada bidang-bidang lain, termasuk bidang sosial dan pendidikan. Pendekatan ini mendasarkan pada suatu asumsi nomotetis, yaitu bahwa sesuatu kebenaran itu tunggal dan akan berlaku di manapun tanpa terikat dengan konteks eko-kulturnya. Paradigma ini telah mewarnai berbagai kebijakan peningkatan mutu pendidikan kita selama ini.
Paradigma fenomenologis, atau yang lebih dikenal dengan penelitian kualitatif datang di Indonesia lebih belakangan dibanding paradigma positivistik, sehingga kehadirannya banyak menghadapi tantangan dari kubu positivistik. Paradigma ini berpandangan bahwa kebenaran itu tidak tunggal, tetapi dialektif, yang akan sangat tergantung pada konteks dan kultur masyarakat. Ciri lain dari penelitian ini pengamatannya dilakukan pada skopa yang sempit tetapi mendalam.
2. RISET TERAPAN
Riset terapan, merupakan riset untuk menguji dan menerapkan teori untuk pemecahan masalah yang riil, mengembangkan dan menghasilkan produk, dan memperoleh informasi untuk dasar dalam pembuatan keputusan. Penelitian terapan (applied research) dan penelitian dasar (pure research) mempunyai perbedaan dalam orientasi atau tujuan penelitian.
Basic research menekankan standar keilmuan yang tinggi dan berusaha memperoleh hasil yang valid menurut ukuran metode ilmiah. Sementara itu, penelitian terapan menekankan pada kemanfaatan secara praktis hasil penelitian untuk mengatasi masalah yang kongkrit. Selain itu, applied research juga dapat memberikan manfaat langsung untuk mengambil keputusan seperti keputusan untuk memulai sebuah program baru, menghentikan, memperbaiki atau mengganti program yang sedang berjalan.
Riset terapan semakin banyak dibutuhkan seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Para peneliti banyak yang mengubah objek penelitiannya dari penelitian dasar dan murni menuju objek penelitian terapan. Hal ini dilakukan karena munculnya berbagai masalah yang harus segera diatasi sebagai dampak kemajuan teknologi, kepadatan penduduk, menipisnya sumber daya alam, dll.
Jenis-jenis Penelitian Terapan
Neuman (2003) mengelompokkan tiga jenis metode penelitian yang termasuk dalam penelitian terapan yaitu action research, experiment, and evaluation, dan research and development. Masing-masing metode penelitian memiliki fungsi dan tujuan pemecahan masalah yang berbeda. Berikut ini diulas secara singkat mengenai penggunaan metode penelitian tersebut khususnya dalam bidang pendidikan.
Penelitian tindakan merupakan bentuk penelitian yang bersifat reflektif, yang dilakukan dengan menerapkan suatu tindakan tertentu terhadap kelompok sasaran, dengan melibatkan partisipasi aktif dan kolaborasi antara peneliti dengan kelompok sasaran, dengan maksud untuk meningkatkan kualitas praktik-praktik sosial maupun pendidikan yang telah dilakukan sebelumnya.
Dalam bidang pendidikan, guru menerapkan action research untuk memperbaiki proses atau hasil pembelajaran di kelas sehingga dinamakan classroom action research atau penelitian tindakan kelas. Kepala sekolah menerapkan action research untuk memperbaiki manajemen sekolah, meningkatkan kinerja guru dan meningkatkan kualitas sekolah sehingga dinamakan school action research atau penelitian tindakan sekolah.
Action research digunakan untuk memperbaiki sistem atau meningkatkan kinerja sebuah institusi/lembaga.
Masalah penelitian tindakan diangkat dari masalah-masalah aktual yang dihadapi oleh peneliti atau lembaga yang memerlukan tindakan tertentu untuk mengatasinya. Contoh masalah penelitian tindakan misalnya: guru yang mengajar merasa kurang diperhatikan oleh siswanya, suasana kelas selalu ramai sehingga guru perlu mengambil tindakan untuk meningkatkan perhatian siswa.
Tindakan yang dapat dilakukan guru antara lain memperbaiki strategi mengajar, menggunakan media pembelajaran baru, dan melibatkan siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran. Alternatif judul penelitian yang dapat dipilih antara lain: “Peningkatan perhatian siswa pada mata pelajaran Ilmu Gizi melalui metode pembelajaran inquiry. Dalam judul tersebut tercermin masalah yang akan diatasi yaitu perhatian siswa dan cara mengatasi masalah yaitu metode pembelajaran inquiry.
Manfaat Penelitian Tindakan:
2. Experiment research
Eksperimen dilakukan untuk mengetahui efektivitas hasil kerja/produk yang di eksperimenkan dibanding dengan hasil kerja/produk lain yang sudah ada.
Eksperimen terbagi menjadi dua yaitu eksperimen murni yang diterapkan pada benda dan eksperimen kuasi (quasi experiment) yang diterapkan pada manusia atau penelitian sosial.
Dalam bidang pendidikan, masalah dan cara mengatasi masalah pada penelitian eksperimen bisa sama dengan penelitian tindakan namun pendekatan yang digunakan berbeda.
3. Evaluation research (Riset Evaluasi)
Riset evaluasi merupakan salah satu bentuk dari penelitian terapan (applied research). Oleh karena itu, dibandingkan dengan jenis penelitian terapan yang lain, riset evaluasi mempunyai kesamaan, baik dalam pemilihan pendekatan, metodologi, penentuan subyek, sampling maupun prosedur risetnya.
Berkaitan dengan hal tersebut, Nisbet (1999) menyatakan bahwa perbedaan esensial antara riset evaluasi dan riset konvensional (riset dasar) adalah lebih pada tujuan daripada dalam pemilihan subyek dan metode.
Penelitian evaluasi dilakukan selama atau sesudah program, kebijakan, sistem atau produk diimplementasikan. Penelitian evaluasi bertujuan menetapkan apakah program, kebijakan, sistem atau produk yang sudah diimplementasikan tersebut layak dilanjutkan, perlu diperbaiki atau dihentikan sama sekali.
4. Research and Development
Penelitian dan pengembangan dilakukan untuk mengembangkan sebuah produk baru yang teruji secara empiris. Penelitian dilakukan secara bertahap, mulai dari menganalisis kebutuhan pengembangan, merancang, membuat, mengimplementasikan sampai pada mengevaluasi kelayakan produk yang dikembangkan. Selama proses pengembangan selalu dilakukan pengujian dan revisi sehingga produk yang dikembangkan benar-benar teruji secara empiris.
Riset dan pengembangan selalu digunakan oleh perusahaan pada saat akan meluncurkan produk baru. Perusahaan sepeda motor, mengidentifikasi kebutuhan konsumen terhadap jenis kendaraan yang diinginkan. Berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan tersebut kemudian dirancang produk yang sesuai dengan harapan konsumen tersebut. Produk diuji sampai memenuhi harapan konsumen, sehingga diharapkan peluncuran produk baru dapat diterima oleh konsumen sasaran.
Riset pengembangan atau Research and Development (R & D) bertujuan untuk mengembangkan, menguji kemanfaatan dan efektivitas produk (model) yang dikembangkan, baik produk teknologi, material, organisasi, metode, alat-alat dan sebagainya.
Secara umum, riset pengembangan mencakup langkah-langkah pengembangan dan pengujian produk sebagai berikut:
1) Melakukan kajian baik teoretik maupun produk sejenis yang sudah ada, untuk menghasilkan produk baru yang ”lebih baik”
2) Mengembangkan prototipe produk baru
3) Melakukan uji terhadap produk yang telah dikembangkan, baik melalui ahli, pengguna maupun kemanfaatan.
4) Merevisi produk berdasarkan hasil uji produk tersebut
5) Melakukan uji ulang produk yang telah diperbaiki; dan
6) Merumuskan produk akhir, dan panduan penggunaannya.
Sebagai riset terapan, riset pengembangan bertujuan bukan untuk menghasilkan teori. Oleh karena itu, dalam penelitian pengembangan sangat dimungkinkan untuk menggunakan multi pendekatan dan multi metode.
Prosedur Penelitian
Pemecahan masalah melalui penelitian membutuhkan metode ilmiah. Apapun jenis penelitian yang diterapkan, kegiatan penelitian memiliki tahapan kerja sebagai berikut. Neuman (2003) membuat diagram lingkaran untuk melaksanakan sebuah penelitian seperti tercantum pada gambar berikut ini :
Keterangan:
1) Mendapatkan masalah penelitian atau memilih topik yang akan diteliti
2) Merumuskan masalah apa saja yang ingin dijawab melalui proses penelitian
3) Merancang metode penelitian, mengkaji teori sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis atau menetapkan indikator yang membangun teori (konstruk teori) tentang variabel penelitian beserta kriterianya. Dalam penelitian evaluasi atau penelitian yang menggunakan data kualitatif, kriteria variabel penting ditetapkan terlebih dahulu supaya pengambilan kesimpulan lebih terarah.
4) Menyusun instrumen untuk mengumpulkan data/fakta empirik, dengan menggunakan alat pengumpul data seperti lembar observasi, tes, daftar pertanyaan dsb. Data pada penelitian tindakan dikumpulkan pada saat tindakan berlangsung. Data penelitian eksperimen dikumpulkan sebelum dan setelah perlakuan (treatment) dilaksanakan atau produk tertentu dibuat.
5) Menganalisis data, temuan, fakta, produk menggunakan cara analisis yang sesuai. Sebelum dilakukan analisis data, kriteria teoritik sudah ditetapkan dahulu supaya pengambilan kesimpulan lebih mudah.
6) Menyimpulkan hasil penelitian dan membuat laporan penelitian
7) Mempublikasikan hasil penelitian
Memilih topik penelitian dapat dimulai dari mengidentifikasi masalah dengan cara mengamati gejala/fenomena yang mengindikasikan bahwa dalam situasi dan kondisi yang diamati tersebut terdapat permasalahan yang tidak dapat dijelaskan melalui logika biasa sehingga perlu ada pembuktian-pembuktian secara empiris melalui kegiatan penelitian.
Topik dapat pula diambil dari pengetahuan yang sudah dimiliki peneliti, literatur, hasil penelitian, isu-isu kebijakan, dan lain-lain. Topik penelitian masih bersifat umum/luas sehingga perlu ada pembatasan-pembatasan (focus) terhadap permasalahan yang diteliti. Fokus penelitian disesuaikan dengan kemampuan peneliti, misalnya: bidang keahlian dan sumberdaya pendukung lainnya.
Yuk! Semangat meneliti .. yang sebenarnya adalah pekerjaan yang sebagian besar telah kita lakukan.