Medidik Anak Berinvestasi

Pendidikan investasi kepada anak

Saatnya Mengajarkan Anak Berinvestasi – Warren Buffett, Chief Executive Officer Berkshire Hathaway, dikenal sebagai investor sukses. Sejak usia enam tahun, Buffett memulai bisnis menjual permen dan Coca-Cola. Di usia 11 tahun, Buffett masuk ke pasar modal dengan membeli perusahaan minyak pada harga 38 dollar AS dan menjualnya pada harga 40-dollar AS. Fakta ini mengungkapkan, investasi dapat dilakukan sejak dini.

Sayangnya, di sekolah jarang sekali remaja diperkenalkan dengan bisnis dan investasi. Umumnya, pendidikan Indonesia menitikberatkan pada penilaian kognitif. Bonus demografi usia produktif dengan perkiraan 190 juta jiwa di Indonesia pada 2030-2040 memberikan tantangan tersendiri.

Masalah pendidikan kini jadi topik yang sering dibahas. Topik soal bagaimana mempersiapkan generasi bangsa yang bisa bersaing di era globalisasi terus menjadi pembicaraan. Investasi terbukti menjadi penggerak perekonomian. Upaya mendorong terciptanya lapangan kerja perlu terus digalakkan. Diharapkan iklim investasi tercipta pada berbagai kalangan.

Hal yang selaras seharusnya juga dilakukanpada sistem pendidikan kita. Kurikulum yang mengajarkan pengelolaan keuangan, bisnis, hingga investasi harus diterapkan intensif. Pendidikan investasi Pada waktu sekolah, banyak dari kita dituntut untuk belajar dengan baik untuk mendapatkan pekerjaan bagus.

Salah satu kecakapan yang dahulu sangat jarang diajarkan di sekolah adalah mengelola keuangan. Dahulu jarang diajarkan bahwa kita dapat memiliki penghasilan dari berbisnis, berinvestasi, sekaligus menjadi pekerja.

Gaya Hidup Anak Investasi

Kita juga jarang diajarkan untuk mengelola uang yang dihasilkan. Bagaimana hal tersebut dapat membantu kita mencapai tujuan keuangan dan kehidupan dengan lebih baik. Beruntungnya, kini beberapa sekolah mulai memperkenal kan konsep pendidikan yang lebih terbuka. Anak tidak hanya diajarkan berkembang dengan pengetahuan kognitif, tetapi juga life skill.

Kini banyak anak diperkenalkan dengan bisnis. Anak diakrabkan dengan konsep berbagi, menabung, hingga berin vestasi. Jika anak kita mendapatkan kurikulum seperti itu, selanjutnya orangtua dapat mengarahkan agar hal tersebut menjadi kebiasaan.

Kegiatan mengatur keuangan dan investasi perlu menjadi gaya hidup yang dilakukan berkelanjutan. Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan orangtua untuk menjadikan investasi sebagai gaya hidup pada anak.

1.Biarkan anak mengambil keputusan

Kemampuan untuk mengambil keputusan dengan bijak merupakan kecakapan yang penting dimiliki anak. Ajarkan mereka untuk mampu membuat keputusan tentang hal sederhana, misalnya terkait makanan dan minuman yang diinginkan. Semakin dewasa, keputusan yang diambil tentu akan semakin kompleks.

Berikan kesempatan kepada anak untuk memilih dan sekaligus mempertimbangkan konsekuensi dari keputusannya. Berikan kesempatan anak untuk mengatur uang saku sendiri ketika dinilai cukup siap. Ingatkan anak untuk bijak mengatur uang saku.

2. Membedakan kebutuhan dan keinginan

Ajaklah anak untuk mengenali bahwa uang dapat digunakan untuk mendapatkan benda atau jasa yang dibutuhkan. Namun, uang yang dimiliki seseorang terbatas sehingga perlu digunakan dengan bijaksana. Karena itu, membedakan kebutuhan dan keinginan perlu dilatih. Bantu anak mengerti bahwa untuk mendapatkan sesuatu, didahului dengan usaha. Dengan begitu, hasil kerja keras dapat diimbangi dengan penggunaan yang bijak.

3. Menabung adalah baik, selanjutnya investasi

Menabung adalah langkah awal yang tepat sebelum mengenalkan anak lebih jauh tentang investasi. Pada tahap awal, ajak anak untuk menyisihkan sebagian uang jajan ke dalam celengan.

Orangtua dapat memotivasi anak dengan menyampaikan tujuan menabung. Jika anak telah terbiasa, lanjutkan dengan mengenalkan investasi. Pada anak dengan jenjang SMP atau SMA, orangtua dapat mengenalkan reksa dana saham, obligasi, hingga saham. Ajak mereka terlibat dalam menentukan produk investasi untuk mereka.

4. Ajarkan berbagi

Tujuan mengatur keuangan dan investasi tidak hanya mencapai tujuan keuangan pribadi, tetapi juga membantu sesama. Dengan berbagi, anak akan paham bahwa tidak semua orang beruntung memiliki kecukupan. Dengan berbagi, anak menyadari bahwa membantu orang lain adalah bentuk kebaikan dan empati. Berbagi mendatangkan lebih banyak rezeki dengan melihat orang lain bahagia. Hal yang tak kalah penting, karena rezeki yang kita miliki bukan milik kita sepenuhnya.

5. Perlu keteladanan

Sebaik-baiknya konsep pengajaran tentang investasi pada anak, tidak akan efektif jika hanya dilakukan secara verbal. Orangtua perlu memberi keteladanan dalam ehidupan sehari-hari. Jika perlu melibatkan anak dalam praktik pengelolaan keuangan, baik di sekolah maupun di rumah. Apabila anak tumbuh melihat praktik hidup sederhana, hemat, dan bijak dalam berbelanja, ini akan menjadi kebiasaan hingga dewasa.

OJK sebagai lembaga yang memilikitugas dalamliterasi dan inklusi keuangan juga telah mengambil peran. OJK telah membuat berbagai macam modul dalam rangka literasi keuangan pada anak.

Telah tersedia buku seri literasi keuangan mulai tingkat PAUD sampai dengan perguruan tinggi yang dapat kita manfaatkan secara gratis.

Melalui kanal sikapiuangmu.ojk.go.id, orangtua juga dapat mengenal berbagai produk keuangan. Kini saatnya mengajarkan anak investasi. Menjadi tanggung jawab kita semua untuk menjadi kan generasi muda Indonesia cerdas keuangan. Hal ini dalam rangka mencapai keuangan yang inklusif sehingga kemandirian ekonomi bangsa dapat terwujud.

EKA NURUL FITRI –  Otoritas Jasa Keuangan

Post Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.