Lebaran atau Idul Fitri di Indonesia sebelum kemerdekaan merupakan perayaan yang penuh dengan tradisi dan kegiatan budaya yang kaya, yang mencerminkan keberagaman agama, budaya, dan adat istiadat di nusantara.
Budaya Lebaran sebelum Indonesia merdeka memiliki beberapa ciri khas yang menarik untuk dibahas:
Persiapan dan Pembersihan. Sebelum hari raya Idul Fitri, masyarakat melakukan bersih-bersih besar-besaran, baik di rumah maupun di lingkungan sekitar. Rumah akan dihias, kadang dengan menggunakan dekorasi tradisional seperti janur (daun kelapa muda) dan lampu minyak.
Pakaian Tradisional. Masyarakat akan memakai pakaian terbaik mereka, yang sering kali adalah pakaian tradisional seperti kebaya dan batik di Jawa, atau baju kurung dan songket di Sumatra. Pakaian baru untuk Lebaran menjadi simbol kebersihan dan pembaruan.
Makanan Khas. Setiap daerah memiliki hidangan khusus yang disajikan saat Lebaran. Di Jawa, menu seperti ketupat, opor ayam, dan sambel goreng ati merupakan hidangan wajib. Sementara di Sumatra, makanan seperti rendang dan lemang lebih dominan. Hidangan ini disiapkan dalam jumlah banyak untuk menyambut tamu yang datang bersilaturahmi.
Zakat Fitrah. Zakat fitrah menjadi salah satu kewajiban yang sangat penting dan dilakukan sebelum salat Id. Praktik ini menunjukkan solidaritas sosial dan merupakan cara untuk membersihkan diri dari dosa dan kesalahan sepanjang tahun.
Salat Idul Fitri. Salat Idul Fitri diadakan di lapangan terbuka atau di masjid besar dan menjadi momen yang sangat penting. Salat ini diikuti oleh khutbah yang seringkali menyampaikan pesan-pesan moral dan sosial.
Silaturahmi dan Maaf-memaafkan. Kunjungan ke rumah-rumah tetangga, teman, dan keluarga untuk bersilaturahmi menjadi bagian inti dari perayaan. Ini adalah waktu untuk saling memaafkan dan memperkuat hubungan sosial.
Hiburan Rakyat. Di beberapa daerah, ada juga hiburan rakyat seperti wayang kulit, ludruk, atau randai yang diadakan sebagai bagian dari perayaan. Hiburan ini melibatkan masyarakat luas dan sering diadakan di malam hari.
Lebaran di era kolonial Indonesia tidak hanya merupakan momen religius tetapi juga sosial, di mana komunitas beragam bisa berkumpul, merayakan, dan mempererat hubungan sosial meskipun ada latar belakang dan kelas sosial yang berbeda.