Sebelum membicarakan barcode vs RFID, alangkah baiknya kita mengetahui tentang AIDC. AIDC adalah singkatan dari Automatic Identification and Data Capture.
AIDC ini merupakan salah satu jenis teknologi pengumpulan informasi secara otomatis dan memasukkannya secara langsung ke dalam sistem komputer tanpa keterlibatan manusia. Beberapa teknologi yang kita kenal sebagai teknologi AIDC adalah Barcode, RFID, Smart Card, Biometric dan Magnetic Stripe
Persamaan
umum dari teknologi – teknologi diatas adalah bagaimana proses untuk
mendapatkan data eksternal yang kemudian sebuah transduser digunakan untuk
mengubah citra aktual atau suara menjadi file digital. File tersebut kemudian
disimpan dan diolah oleh komputer yang kemudian bisa dijadikan data komparasi
dari sebuah database lainnya agar bisa diverifikasi identitasnya dan diberi otorisasi
untuk melakukan proses selanjutnya.
Radio frequency identification (RFID) dan barcode merupakan dua sistem identifikasi otomatis yang termasuk AIDC dan digunakan secara luas saat ini.
Sejarah Barcode
Pada tahun 1932, Wallace Flint membuat sistem pemeriksaan barang di perusahaan retail. Awalnya, teknologi barcode dikendalikan oleh perusahaan retail, lalu diikuti oleh perusahaan industri. Lalu pada tahun 1948, pemilik toko makanan lokal meminta Drexel Institute of Technology di Philadelphia, untuk membuat sistem pembacaan informasi produk selama checkout secara otomatis.
Kemudian Bernard Silver dan Norman Joseph Woodland, lulusan Drexel patent application, bergabung untuk mencari solusi. Woodland mengusulkan tinta yang sensitif terhadap sinar ultraviolet. Prototipe ditolak karena tidak stabil dan mahal. Tangal 20 Oktober 1949 Woodland dan Silver berhasil membuat prototipe yang lebih baik. Akhirnya pada tanggal 7 Oktober 1952, mereka mendapat hak paten dari hasil penelitian mereka. 1966: Pertama kalinya barcode dipakai secara komersial adalah pada tahun 1970 ketika Logicon Inc. membuat Universal Grocery Products Identification Standard (UGPIC).
Perusahaan pertama yang memproduksi perlengkapan barcode untuk perdagangan retail adalah Monach Marking. Pemakaian di dunia industri pertama kali oleh Plessey Telecommunications. Pada tahun 1972, Toko Kroger di Cincinnati mulai menggunakan bull’s-eye code. Selain itu, sebuah komite dibentuk dalam grocery industry untuk memilih kode standar yang akan digunakan di industry.
Sejarah Singkat RFID
Pada tahun 1946, Léon Theremin menemukan alat mata-mata untuk pemerintah Uni Soviet yang dapat memancarkan kembali gelombang radio dengan informasi suara.
Gelombang suara menggetarkan sebuah diafrakma (diaphragm) yang mengubah sedikit bentuk resonator, yang kemudian memodulasi frekuensi radio yang terpantul. Walaupun alat ini adalah sebuah alat pendengar mata-mata yang pasif dan bukan sebuah kartu/label identitas, alat ini diakui sebagai benda pertama dan salah satu nenek-moyang teknologi RFID.
Beberapa publikasi menyatakan bahwa teknologi yang digunakan RFID telah ada semenjak awal era 1920-an, sementara beberapa sumber lainnya menyatakan bahwa sistem RFID baru muncul sekitar akhir era 1960-an.
Sebuah teknologi yang lebih mirip, IFF Transponder,
ditemukan oleh Inggris di tahun 1939, dan secara rutin digunakan oleh tentara
sekutu di Perang Dunia II untuk mengidentifikasikan pesawat tempur kawan atau
lawan. Transponder semacam itu masih digunakan oleh pihak militer dan maskapai
penerbangan hingga hari ini.
Karya awal lainnya yang mengeksplorasi RFID adalah karya tulis ilmiah penting Harry Stockman pada tahun 1948 yang berjudul Communication by Means of Reflected Power (Komunikasi Menggunakan Tenaga Pantulan) yang terbit di IRE, halaman 1196–1204, Oktober 1948. Stockman memperkirakan bahwa “…riset dan pengembangan yang lebih serius harus dilakukan sebelum problem-problem mendasar di dalam komunikasi tenaga pantulan dapat dipecahkan, dan sebelum aplikasi-aplikasi (dari teknologi ini) dieksplorasi lebih jauh.”
Paten Amerika Serikat nomor 3.713.148 atas nama Mario Cardullo di tahun 1973 adalah nenek moyang pertama dari RFID modern; sebuah transponder radio pasif dengan memori ingatan. Alat pantulan tenaga pasif pertama didemonstrasikan di tahun 1971 kepada Perusahaan Pelabuhan New York (New York Port Authority) dan pengguna potensial lainnya. Alat ini terdiri dari sebuah transponder dengan memori 16 bit untuk digunakan sebagai alat pembayaran bea.
Pada dasarnya, paten Cardullo meliputi penggunaan frekuensi radio, suara dan cahaya sebagai media transmisi. Rencana bisnis pertama yang diajukan kepada para investor di tahun 1969 menampilkan penggunaan teknologi ini di bidang transportasi (identifikasi kendaraan otomotif, sistem pembayaran tol otomatis, plat nomor elektronik, manifest [daftar barang] elektronik, pendata rute kendaraan, pengawas kelaikan kendaraan), bidang perbankan (buku cek elektronik, kartu kredit elektronik), bidang keamanan (tanda pengenal pegawai, pintu gerbang otomatis, pengawas akses) dan bidang kesehatan (identifikasi dan sejarah medis pasien).
Demonstrasi label RFID dengan teknologi tenaga pantulan, baik yang pasif maupun yang aktif, dilakukan di Laboratorium Sains Los Alamos di tahun 1973. Alat ini diperasikan pada gelombang 915 MHz dan menggunakan label yang berkapasitas 12 bit.
Paten pertama yang menggunakan kata RFID diberikan kepada Charles Walton di tahun 1983 (Paten Amerika Serikat nomor 4.384.288).
Kedua teknologi ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing dengan radio frequency identification dianggap unggul dalam hal kecepatan, jangkauan, dll.
Radio frequency identification (RFID) menggunakan tag yang disematkan pada produk untuk keperluan identifikasi dan pelacakan menggunakan gelombang radio.
Sebuah tag RFID terdiri dari 2 bagian, sirkuit terintegrasi dan antena.
Sirkuit terintegrasi digunakan untuk memproses dan menyimpan
informasi serta untuk memodulasi dan mendemodulasi sinyal frekuensi radio,
sedangkan antena digunakan untuk mentransmisikan sinyal radio.
Pembaca (reader) RFID, juga dikenal sebagai interogator, adalah perangkat yang digunakan untuk menginterpretasikan data pada tag RFID.
Barcode
Barcode adalah representasi optik data yang dapat dipindai dan diinterpretasikan oleh mesin pemindai (scanner). Dalam teknologi ini, data diwakili oleh lebar dan jarak rangkaian garis paralel.
Barcode banyak digunakan untuk mengidentifikasi dan melacak berbagai item dalam rantai pasokan. Sebuah scanner barcode digunakan untuk menginterpretasikan data dari tag barcode.
RFID Vs. Barcode
Teknologi RFID dianggap lebih komprehensif dibandingkan
teknologi barcode.
Tag RFID bisa dibaca pada jarak yang lebih jauh. RFID reader dapat mengakses informasi pada tag dari jarak sekitar 300 meter, sedangkan teknologi barcode tidak bisa dibaca dari jarak lebih dari 15 meter.
Teknologi RFID juga unggul dari teknologi barcode dalam hal
kecepatan. Tag RFID dapat dibaca lebih cepat daripada tag barcode.
Proses pembacaan barcode relatif lambat karena memerlukan posisi berhadapan langsung. Rata-rata, barcode reader memerlukan waktu sekitar satu detik untuk menafsirkan dua tag, sedangkan RFID reader dapat membaca sekitar 40 tag dalam waktu yang sama.
Tag RFID terlindung dengan baik karena ditanamkan dalam produk sehingga relatif lebih aman dan tidak mudah rusak.
Di lain sisi, kode barcode biasanya dilekatkan diluar produk sehingga lebih rawan rusak. Barcode juga dikenal kurang fleksibel karena informasi yang sudah dicetak umumnya tidak bisa lagi diubah.
Namun, bukan berarti RFID selalu berada di atas angin. Teknologi barcode relatif lebih murah dibandingkan dengan teknologi RFID.
Biaya RFID akan semakin meningkat saat harus mengalami berbagai kustomisasi. Dalam hal ukuran, tag barcode jauh lebih ringan dan berukuran lebih kecil dibandingkan tag RFID sehingga lebih mudah digunakan.
Meskipun tag RFID memiliki daya jangkau lebih baik, namun
pembacaan bisa terpengaruh dengan kehadiran logam tertentu sehingga berpotensi
mempengaruhi keakuratan pembacaan.
Jika rusak, tag RFID tidak dapat diganti, sedangkan dalam sistem barcode, tag yang rusak dapat dengan mudah diganti.
Karena kecepatan, jangkauan dan daya tahan, RFID banyak diadopsi oleh bisnis besar dan teknologi high-end, sedangkan barcode yang relatif lebih murah banyak digunakan dalam aplikasi sehari-hari.