yyudhanto on Sejarah
6 Sep 2025 07:55 - 2 minutes reading

Foto dari Sejarah Proklamasi

Pada zaman pendudukan Jepang, Rengasdengklok dijadikan tangsi Pembela Tanah Air (Peta) di bawah Purwakarta. Mungkin karena letaknya yang berdekatan dengan Jakarta dan memiliki hubungan langsung dengan Daidan (batalyon) Peta di Jaga Monyet (kini kawasan Harmoni, Jakarta Pusat), Rengasdengklok akhirnya dijadikan tempat tujuan membawa rombongan Bung Karno dan Bung Hatta.

Di tengah kekosongan kekuasaan setelah Jepang menyatakan menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada 15 Agustus 1945, muncul tekanan dan perbedaan tajam antara kelompok tua dan muda mengenai waktu dan cara memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Para pemuda menilai bahwa golongan tua, terutama Sukarno dan Hatta, terlalu berhati-hati dan masih menunggu kepastian dari pihak Jepang. Sementara itu, para pemuda mendesak agar kemerdekaan segera diproklamasikan tanpa campur tangan Jepang, memanfaatkan momentum kekosongan kekuasaan pasca-kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II.

Pada 16 Agustus 1945 subuh, pasukan Peta Batalyon I dan Batalyon II Residensi Jakarta membawa Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok. Bersama para pemuda Menteng 31, mereka mengambil alih kendali wilayah Rengasdengklok. Pemuda Menteng 31 adalah aktor utama peristiwa Rengasdengklok menjelang proklamasi.

Menteng 31 adalah kelompok aktivis muda pada masa pendudukan Jepang yang menjadi salah satu motor penggerak gerakan nasionalis radikal menjelang kemerdekaan Indonesia. Sukarni, Wikana, Chaerul Saleh, Singgih, Yusuf Kunto, dan Adam Malik adalah di antara para tokohnya. Para pemuda ini bersama pasukan Peta melucuti tentara Jepang di Rengasdengklok, memutus komunikasi dengan Jakarta, dan wilayah dikosongkan dari pengaruh kekuasaan pendudukan. Semua itu dilakukan untuk memastikan Sukarno-Hatta dapat ditempatkan di tempat aman, jauh dari jangkauan Jepang.

Rumah milik Djiauw Kie Siong di Kampung Bojong, Rengasdengklok, Jawa Barat, menjadi tempat bersejarah karena sempat menampung Bung Karno dan Bung Hatta pada 16 Agustus 1945 setelah kedua pimpinan negara itu ”diculik” beberapa pemuda pejuang.

Rumah perwira angkatan laut Jepang, Laksamana Maeda di Jalan Imam Bonjol No. 1, Menteng itu menjadi saksi pembuatan naskah proklamasi yang ditulis langsung oleh Ir. Soekarno pada waktu dini hari. Naskah proklamasi tersebut ditandatangani oleh Soekarno dan Bung Hatta atas nama bangsa Indonesia.

Hadir pada upacara proklamasi kemerdekaan RI, 17 Agustus 1945, antara lain di barisan depan: Latuharhary SH , Suwirjo, Ibu Fatmawati Sukarno, Dr Samsi, dan Ny SK Trimurti. Di barisan belakang, antara lain, tampak AG Pringgodigdo SH dan Sudjono SH.

Teks Proklamasi 1945

Upacara kemerdekaan 17 Agustus 1945 ini berlangsung dengan sangat sederhana. Tidak ada protokol, bendera merah putih yang dikibarkan dijahit langsung oleh Fatmawati dan tiang benderanya pun terbuat dari batang bambu.

yudho yudhanto uns solo
yudho yudhanto kompas com
yudho yudhanto dirjen vokasi
yudho yudhantookezone
yudho yudhanto inews
yudho yudhanto tribunews

Arsip:

_____

Kategori: