
Inovasi pengembangan kecerdasan buatan (AI) terus mengalami perkembangan pesat hingga mencapai tahap di mana agen-agen AI kini mampu berkomunikasi dan bekerja sama secara mandiri untuk menemukan hal-hal baru setiap hari. Melalui program besar bertajuk Stargate, Uni Emirat Arab (UEA) menegaskan diri sebagai fasilitator utama kolaborasi global dalam pengembangan AI yang berfokus pada peningkatan kualitas hidup manusia dan nilai-nilai kemanusiaan.
Gelombang peningkatan tajam terhadap perkembangan artificial intelligence (AI) dan generative AI di UEA menunjukkan betapa seriusnya negara ini membangun ekosistem inovasi berbasis riset dan kolaborasi internasional. Berbeda dengan negara lain yang masih berada pada tahap eksplorasi, UEA telah melangkah lebih jauh dengan mengintegrasikan teknologi AI dalam berbagai aspek kehidupan masyarakatnya, mulai dari layanan publik, sektor ekonomi, hingga pendidikan.

Puncak komitmen tersebut terlihat jelas dalam ajang GITEX Global 2025, pameran teknologi terbesar di Timur Tengah yang digelar di Dubai World Trade Center pada Senin (13 Oktober 2025). Pameran ini dihadiri oleh ribuan peserta dari berbagai negara, termasuk para pemimpin dunia di bidang teknologi, ilmuwan, akademisi, serta perwakilan dari perusahaan teknologi raksasa seperti Microsoft, Google, Amazon, dan banyak lagi.
GITEX tahun ini menghadirkan lebih dari 4.000 perusahaan teknologi dari 180 negara. Mereka berpartisipasi memperkenalkan inovasi terbaru berbasis AI dan digitalisasi untuk mendukung transformasi global menuju masyarakat yang lebih efisien, produktif, dan berdaya saing. Tidak hanya pameran teknologi, GITEX juga menjadi ajang strategis bagi para startup untuk menjalin kemitraan, mengakses pasar global, serta memamerkan solusi inovatif yang dapat berkontribusi terhadap kemanusiaan.

Melalui inisiatif Stargate, Pemerintah UEA memposisikan negaranya sebagai penghubung utama antara lembaga riset, industri teknologi, dan pemerintahan dari berbagai negara dalam pengembangan kecerdasan buatan. Tujuan utamanya adalah membangun ekosistem AI global yang berkelanjutan dan berorientasi pada peningkatan kualitas hidup manusia.

Menteri Ekonomi UEA, Abdullah bin Touq Al Marri, dalam pidatonya menegaskan bahwa melalui program Stargate, UEA ingin menciptakan wadah kolaboratif di mana AI tidak hanya menjadi instrumen ekonomi, tetapi juga alat untuk memecahkan masalah sosial. “Melalui Stargate, kami memfasilitasi kolaborasi global untuk menciptakan AI yang benar-benar bermanfaat bagi manusia dan kemanusiaan. Ini bukan sekadar transformasi teknologi, melainkan langkah strategis untuk menciptakan masa depan yang lebih baik,” ujarnya di sela-sela pameran.

Pemerintah UEA telah menyiapkan kebijakan pro-inovasi dan infrastruktur canggih untuk mendukung visi besar tersebut. Salah satu langkah penting adalah pembentukan Artificial Intelligence Office dan Mohammed bin Zayed University of Artificial Intelligence (MBZUAI), universitas pertama di dunia yang berfokus sepenuhnya pada pengajaran dan riset AI.
Selain itu, UEA juga menyiapkan investasi besar-besaran untuk mengembangkan lebih dari 100 laboratorium internasional dan pusat inovasi digital yang akan berfokus pada pemanfaatan AI di sektor pendidikan, kesehatan, lingkungan, dan kemanusiaan.
Puluhan ribu orang dari berbagai kalangan hadir memenuhi area pameran GITEX Global 2025 di Dubai World Trade Center. Acara ini menampilkan berbagai inovasi teknologi mutakhir, mulai dari robotika, kecerdasan buatan, blockchain, smart mobility, hingga teknologi quantum computing.

Menurut laporan panitia, tahun ini GITEX diikuti oleh lebih dari 1.800 startup teknologi dari berbagai belahan dunia. Mereka menampilkan inovasi yang berorientasi pada solusi sosial dan ekonomi global, seperti sistem kesehatan berbasis AI, model pendidikan adaptif digital, dan teknologi ramah lingkungan.
Co-founder dan CEO OpenAI, Sam Altman, juga turut hadir secara daring dari San Francisco, Amerika Serikat. Dalam sambutannya, Altman menyatakan bahwa AI telah menjadi kekuatan besar yang mentransformasi ekonomi global. “AI adalah alat paling berpengaruh dalam sejarah manusia. Tujuannya bukan untuk menggantikan manusia, melainkan meningkatkan kualitas hidup mereka,” ujarnya.
Altman menambahkan, teknologi AI telah mengubah cara manusia bekerja, belajar, dan berinteraksi. Menurutnya, kerja sama global seperti yang dilakukan UEA sangat penting agar perkembangan AI tetap terkendali dan berorientasi pada kemanusiaan.
Menteri Negara Urusan AI, Omar bin Sultan Al Olama, menegaskan bahwa pengembangan kecerdasan buatan harus dijalankan dengan prinsip etika yang kuat. “AI tidak boleh menjadi ancaman bagi manusia. Sebaliknya, ia harus digunakan sebagai alat untuk memperkuat nilai-nilai kemanusiaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat global,” katanya.
Ia menambahkan, langkah-langkah yang dilakukan UEA ini sejalan dengan Visi UEA 2030, yakni menjadikan negara tersebut sebagai pemimpin global dalam penerapan teknologi berbasis manusia (human-centered technology).

Melalui visi itu, UEA ingin membuktikan bahwa kemajuan teknologi dan nilai-nilai kemanusiaan dapat berjalan seiring, menciptakan dunia yang lebih inklusif, berkelanjutan, dan berdaya saing.
Dengan semangat kolaborasi global, GITEX Global 2025 menegaskan posisi UEA sebagai pusat inovasi teknologi dunia yang tidak hanya berfokus pada ekonomi, tetapi juga pada masa depan kemanusiaan. Ajang ini memperlihatkan bagaimana sebuah negara di Timur Tengah mampu menjadi pusat revolusi teknologi dan katalis bagi perubahan positif di seluruh dunia.