yyudhanto on Desain
8 Jan 2025 03:52 - 7 minutes reading

Analisis UI/UX dengan System Usability Scale (SUS)

System Usability Scale (SUS) adalah metode standar untuk mengevaluasi kegunaan antarmuka pengguna (UI) dan pengalaman pengguna (UX). Dikembangkan oleh John Brooke pada tahun 1986, SUS memberikan cara cepat, sederhana, dan efektif untuk mengukur seberapa baik suatu sistem diterima oleh pengguna. Dengan hanya menggunakan 10 pertanyaan, metode ini memberikan skor yang mencerminkan persepsi pengguna terhadap kegunaan suatu produk atau sistem.

Apa Itu SUS?

System Usability Scale adalah kuesioner sederhana yang terdiri dari 10 pernyataan yang dirancang untuk mengukur kegunaan sistem atau produk. SUS dapat digunakan untuk aplikasi, situs web, perangkat lunak, atau bahkan perangkat keras. Skor SUS memberikan gambaran seberapa mudah digunakan suatu sistem dari perspektif pengguna.

Mengapa Harus 10 Pertanyaan?

Penggunaan 10 pertanyaan dalam SUS didasarkan pada prinsip keseimbangan antara kelengkapan evaluasi dan efisiensi waktu. Berikut alasannya:

  1. Keseimbangan Positif dan Negatif. SUS menggunakan pola pernyataan yang bergantian antara positif dan negatif (contoh: “Sistem ini mudah digunakan” dan “Sistem ini terlalu kompleks”). Pola ini membantu mengurangi bias dalam jawaban pengguna.
  2. Mengukur Aspek Beragam. Dengan 10 pertanyaan, SUS mencakup berbagai dimensi kegunaan, seperti kemudahan penggunaan, kepercayaan, dan integrasi fungsi.
  3. Kompak dan Efisien. 10 pertanyaan cukup singkat untuk diisi dalam waktu singkat (kurang dari 5 menit), sehingga tidak membebani pengguna.
  4. Validasi Statistik. Jumlah ini dianggap cukup untuk memberikan hasil statistik yang valid tanpa memerlukan skala yang lebih panjang.
  5. Generik untuk Berbagai Produk. Pertanyaan dirancang agar relevan dengan berbagai jenis sistem, sehingga mudah digunakan dalam berbagai konteks pengujian.

Struktur dan Format SUS

Skala Likert 1-5:

  • SUS menggunakan skala Likert untuk setiap pertanyaan:
    • 1 = Sangat Tidak Setuju
    • 5 = Sangat Setuju

Pernyataan SUS:

Berikut adalah contoh pernyataan dalam SUS:

  1. Saya pikir saya akan sering menggunakan sistem ini.
  2. Saya merasa sistem ini terlalu kompleks.
  3. Saya merasa sistem ini mudah digunakan.
  4. Saya pikir saya membutuhkan bantuan teknis untuk menggunakan sistem ini.
  5. Fungsi dalam sistem ini terintegrasi dengan baik.
  6. Ada terlalu banyak inkonsistensi dalam sistem ini.
  7. Saya membayangkan kebanyakan orang akan belajar menggunakan sistem ini dengan cepat.
  8. Saya merasa sistem ini sangat membebani saya untuk digunakan.
  9. Saya merasa sangat percaya diri saat menggunakan sistem ini.
  10. Saya perlu mempelajari banyak hal sebelum bisa mulai menggunakan sistem ini.

Cara Menghitung Skor SUS

  1. Hitung Skor untuk Setiap Pertanyaan:
    • Untuk pernyataan positif (1, 3, 5, 7, 9): Nilai yang diberikan dikurangi 1.
    • Untuk pernyataan negatif (2, 4, 6, 8, 10): Nilai 5 dikurangi nilai yang diberikan.
  2. Jumlahkan Semua Skor:
    • Total skor mentah akan berada dalam rentang 0-40.
  3. Kalikan dengan 2,5:
    • Skor akhir akan berada dalam rentang 0-100.

Interpretasi Skor SUS:

  • >80: Sangat baik (Excellent).
  • 70-80: Baik (Good).
  • 50-70: Cukup (Fair).
  • <50: Buruk (Poor).

Keunggulan SUS

  1. Sederhana dan Cepat. Dengan hanya 10 pertanyaan, SUS mudah dimengerti dan cepat digunakan.
  2. Fleksibel. Dapat digunakan untuk berbagai jenis sistem atau produk, baik digital maupun fisik.
  3. Hasil Standar. SUS memberikan hasil yang dapat dibandingkan secara langsung dengan produk atau sistem lain.
  4. Validasi yang Baik. Telah digunakan secara luas di berbagai industri, menjadikannya salah satu metode pengujian usability paling tepercaya.

Tantangan dalam SUS

  1. Subjektivitas Pengguna. Hasil SUS bergantung pada persepsi pengguna, yang dapat bervariasi tergantung pengalaman mereka.
  2. Tidak Mendalam. SUS memberikan gambaran umum, tetapi tidak mengidentifikasi masalah spesifik dalam desain.
  3. Jumlah Responden. Agar hasil representatif, diperlukan cukup banyak responden (biasanya minimal 10-12).


Contoh Penerapan SUS

Studi Kasus: Pengujian Aplikasi Pemesanan Tiket Online

  1. Tujuan: Mengukur kegunaan aplikasi dari perspektif pengguna untuk memesan tiket.
  2. Proses Pengujian:
    • Rekrut 20 pengguna untuk mencoba aplikasi.
    • Berikan tugas tertentu, seperti mencari jadwal penerbangan dan menyelesaikan pembayaran.
    • Setelah selesai, mintalah pengguna mengisi kuesioner SUS.
  3. Hasil:
    • Skor SUS rata-rata adalah 78, yang menunjukkan aplikasi memiliki kegunaan yang baik. Namun, beberapa responden mencatat bahwa alur pembayaran bisa lebih sederhana.

Mengapa SUS Penting dalam Pengujian UI/UX?

  1. Mengidentifikasi Masalah Kegunaan. SUS membantu tim desain memahami persepsi pengguna dan mengidentifikasi potensi hambatan dalam sistem.
  2. Meningkatkan Kepuasan Pengguna. Skor SUS memberikan panduan untuk meningkatkan pengalaman pengguna, sehingga meningkatkan loyalitas pelanggan.
  3. Efisiensi Pengembangan. Dengan feedback yang cepat, pengembang dapat fokus pada area yang memerlukan perbaikan.
  4. Standar Industri. SUS diterima secara luas dalam penelitian dan praktik industri, sehingga hasilnya mudah dipahami oleh berbagai pemangku kepentingan.

Metode Pengujian UI/UX Lainnya

Selain SUS, terdapat berbagai metode lain untuk menguji UI/UX:

  1. A/B Testing. Membandingkan dua versi desain (A dan B) untuk menentukan mana yang lebih efektif berdasarkan metrik tertentu, seperti tingkat konversi atau waktu penyelesaian tugas.
  2. Card Sorting. Digunakan untuk mengatur dan mengelompokkan informasi dalam antarmuka, membantu menciptakan struktur navigasi yang intuitif.
  3. Heuristic Evaluation. Evaluasi dilakukan oleh para ahli berdasarkan prinsip-prinsip heuristik kegunaan, seperti yang diusulkan oleh Jakob Nielsen.
  4. Eye Tracking. Menggunakan teknologi untuk melacak gerakan mata pengguna, membantu memahami fokus perhatian dan pola navigasi mereka.
  5. Usability Testing. Melibatkan pengguna nyata untuk menyelesaikan tugas tertentu sambil diamati, mengidentifikasi masalah yang mungkin tidak terlihat dalam pengujian lainnya.
  6. Focus Groups. Diskusi kelompok untuk mengumpulkan umpan balik langsung tentang desain, ide, atau fitur tertentu.
  7. Remote Usability Testing. Pengujian dilakukan secara online tanpa pengawasan langsung, memungkinkan pengumpulan data dari berbagai lokasi geografis.
  8. First Click Testing. Mengukur keefektifan titik awal pengguna dalam menyelesaikan suatu tugas, terutama pada halaman utama atau navigasi awal.
  9. Task Analysis. Menganalisis langkah-langkah yang diambil pengguna untuk menyelesaikan tugas, membantu menyederhanakan alur kerja.
  10. Heatmaps. Visualisasi area yang paling banyak mendapatkan perhatian atau klik pada antarmuka, memberikan wawasan tentang elemen yang menarik pengguna.

Kesimpulan

System Usability Scale (SUS) adalah alat pengujian yang sangat berguna untuk mengukur kegunaan produk atau sistem secara cepat dan efisien. Namun, metode ini bukan satu-satunya cara untuk mengevaluasi UI/UX.

Berikut adalah beberapa kekurangan metode System Usability Scale (SUS) yang perlu dipertimbangkan:

1. Tidak Memberikan Detail Mendalam. SUS hanya memberikan gambaran umum tentang kegunaan suatu sistem melalui skor keseluruhan. Metode ini tidak mengidentifikasi secara spesifik bagian mana dari sistem yang bermasalah. Implikasi: Tim pengembang atau desainer mungkin perlu menggunakan metode tambahan untuk mendapatkan wawasan lebih mendalam tentang masalah usability.

2. Subjektivitas Pengguna. SUS bergantung sepenuhnya pada persepsi pengguna, yang dapat bervariasi tergantung pada pengalaman, ekspektasi, dan latar belakang individu. Implikasi: Hasilnya bisa berbeda-beda meskipun sistem yang diuji sama, sehingga memerlukan jumlah responden yang cukup untuk mendapatkan hasil representatif.

3. Terbatas pada Pengguna Akhir. SUS dirancang untuk mengevaluasi pengalaman pengguna akhir, sehingga kurang relevan untuk mengukur kegunaan sistem yang lebih teknis atau digunakan oleh pengguna tingkat lanjut. Implikasi: Sistem kompleks mungkin memerlukan pendekatan evaluasi usability lain yang lebih mendalam.

4. Tidak Mempertimbangkan Konteks Penggunaan. SUS tidak memberikan ruang untuk mempertimbangkan faktor lingkungan atau situasi saat pengguna menggunakan sistem. Implikasi: Misalnya, skor SUS mungkin tinggi dalam kondisi ideal, tetapi rendah jika pengguna bekerja dalam situasi yang penuh tekanan atau gangguan.

5. Validasi Kuesioner Tertentu. Format pertanyaan SUS cenderung generik sehingga tidak selalu cocok untuk semua jenis produk atau aplikasi. Implikasi: Ada kemungkinan pengguna merasa bingung atau sulit memahami pernyataan tertentu, terutama jika mereka tidak berpengalaman dalam menggunakan sistem.

6. Rentan terhadap Bias Skala Likert. SUS menggunakan skala Likert 1-5, yang bisa memicu bias seperti: Central Tendency Bias: Responden cenderung memilih nilai tengah untuk menghindari ekstrem. Atau Acquiescence Bias: Responden mungkin lebih sering menyetujui daripada tidak setuju, tanpa benar-benar memahami pernyataan. Sehingga memberikan implikasi: Hal ini dapat memengaruhi akurasi skor.

7. Tidak Cocok untuk Evaluasi Performa Non-Usability. SUS hanya fokus pada kegunaan (usability) dan tidak mencakup aspek lain seperti kinerja teknis, estetika, atau fitur inovatif. Implikasi: Sistem yang mungkin memiliki estetika tinggi atau inovasi unik tidak akan mendapatkan apresiasi melalui SUS.

8. Membutuhkan Responden Cukup. SUS membutuhkan minimal 10-12 responden untuk hasil yang valid, meskipun lebih banyak responden akan lebih baik. Jika jumlah responden terlalu sedikit, hasilnya bisa kurang representatif. Implikasi: Untuk proyek kecil dengan sumber daya terbatas, pengumpulan responden ini bisa menjadi tantangan.

9. Interpretasi Skor yang Kompleks. Meski hasilnya berupa skor 0-100, interpretasi skor SUS bisa membingungkan bagi mereka yang tidak terbiasa dengan metrik ini. Implikasi: Tim mungkin perlu bantuan tambahan untuk memahami bagaimana skor SUS dibandingkan dengan standar industri atau produk serupa.

10. Tidak Mengukur Kepuasan Emosional. SUS tidak mempertimbangkan elemen emosional, seperti kesenangan atau keterlibatan, yang juga penting dalam pengalaman pengguna modern. Implikasi: Produk dengan usability yang baik tapi tidak memberikan pengalaman menyenangkan bisa mendapatkan skor tinggi, meskipun pengguna mungkin tidak puas secara keseluruhan.

Meskipun SUS adalah alat yang sederhana dan cepat untuk mengukur kegunaan, kekurangannya perlu dipahami agar tidak digunakan secara berlebihan atau di luar konteks. Untuk evaluasi yang lebih menyeluruh, SUS sebaiknya digunakan bersama metode lain seperti heuristic evaluation, user testing, atau cognitive walkthrough.

Referensi Buku

Handbook of Usability Testing: How to Plan, Design, and Conduct Effective Tests
Ditulis oleh Jeffrey Rubin dan Dana Chisnell, 2008, Wiley Publishing