Aplikasi Pemantau Kondisi Kandang Ayam
Kondisi kandang merupakan salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan usaha dari peternak ayam broiler. Dengan demikian, hal ini perlu diperhatikan secara baik oleh peternak. Dengan kandang yang berkondisi sehat dan optimal, ayam akan tumbuh lebih baik. Secara langsung, ini pun berkorelasi dengan produksi yang berkualitas.
Kondisi kandang yang baik itu di antaranya perlu memastikan ayam terlindungi dari dampak buruk lingkungan. Ini terutama akibat kondisi cuaca panas ataupun udara dingin yang mencekam. Karena itu, suhu dan kelembaban pada kandang perlu diperhatikan. Kondisi suhu dan kelembaban udara dalam kandang yang melebihi kondisi nyaman ayam dapat menyebabkan heat stress. Jika dibiarkan, performa ayam broiler pun dapat berpengaruh. Ayam bahkan rentan mengalami kematian.
Sejumlah peternak telah berupaya untuk meminimalkan risiko tersebut dengan membuat kandang di dalam ruangan. Namun, hal tersebut sebenarnya belum cukup untuk memastikan kondisi ayam tetap baik. Apabila ditemukan ada beberapa ayam yang mati mendadak, itu tidak bisa terlacak penyebabnya. Kandang ayam tertutup yang ada saat ini biasanya hanya dilengkapi dengan sensor saja tanpa ada proses penyimpanan data perubahan di dalam kandang, seperti suhu, kelembaban, kadar amonia, dan kadang karbon dioksida.
Upaya memantau kandang ayam ini kini dipermudah oleh hasil inovasi dari Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Mereka mengembangkan aplikasi Broiler X yang dapat dimanfaatkan untuk mengoptimalkan budidaya ayam broiler.
Melalui aplikasi ini diharapkan dapat meningkatkan produksi para peternak di Indonesia. ”Denganpemanfaatanteknologi, perekaman perubahan kondisi lingkungan kandang ayam dapat dilakukan. Jika ada kasus penurunan performa ayam, proses pelacakan dan perbaikan bisa segera dilakukan,” ujar dosen Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM) Galuh Adi Insani saat dihubungi pekan lalu dari Jakarta.
Oleh sebab itu, sejumlah peneliti dari Fakultas Peternakan UGM PT Integrasi Teknologi Unggas pun mengembangkan aplikasi Broiler X. Aplikasi ini dikembangkan dengan memanfaatkan teknologi internet of thing (IoT) yang disematkan pada sensor.Teknologi ini dapat mencatat kondisi suhu, kelembaban, kadar amonia, dan kadar karbon dioksida di dalam kandang.
Hasil pencatatan itu juga dapat dilaporkan secara real time. Dengan begitu, peternak dapat cepat melakukan tindakan ketika terjadi perubahan pada komponen yang menentukan kenyamanan ayam di kandang. Sistem yang terpasang dalam aplikasi Broiler X dilengkapi pula dengan fitur sistem peringatan dini(early warning system). Fitur ini dapat memberikan notifikasi pada aplikasi ataupun laman web yang dimiliki oleh peternak ketika ada performa ayam yang menurun akibat lingkungan yang tidak mendukung.
”Sistem pada aplikasi Broiler X dikembangkan sebagai upaya untuk melengkapi dan enyempurnakan sensor dan peralatan yang sudah ada di kandang closed house,” tutur Galuh yang juga Ketua Tim Riset dan Pengembangan aplikasi Broiler X.
Fitur unggulan
Aplikasi yang mulai dikembangkan pada 2018 ini telah dilengkapi dengan sejumlah fitur unggulan, antara lain fitur data produksi, fitur terkait informasi stok pakan, fitur terkait stok obat-obatan, dan catatan budidaya harian. Melalui fitur data produksi, peternak dapat mengisi data sampling dari berat badan ayam. Dari data sampling itu, sistem dapat langsung menghitung rata-rata kondisi ayam. Pada fitur stok pakan, sistem pada aplikasi Broiler X dapat secara otomatis menghitung rasio konversi pakan (FCR) yang digunakan.
Sistem ini akan menghitung kebutuhan pakan sesuai dengan jumlah ayam yang diternakkan saat itu. Fitur ini dapat bermanfaat untuk membantu peternak dalam menghitung kebutuhan pakan secara lebih akurat sehingga penghitungan akuntansi di peternakan bisa lebih baik. ”Penghitungan harga pokok produksi atau HPP juga lebih mudah untuk dikelola dengan Broiler X. HPP ini pun bisa dihitung per hari. Jadi, peternak bisa menghitung secara pasti keuntungan yang bisa didapat jika menjual ayam pada hari itu dengan menyesuaikan harga pasar,” kata Galuh.
Ia berharap, aplikasi ini dapat dimanfaatkan oleh lebih banyak peternak di TanahAir, terutama pada peternak-peternak skala kecil. Untuk sementara, aplikasi Broiler X dapat dimanfaatkan secara gratis oleh peternak ayam skala kecil dengan jumlah ayam sekitar 5.000 ekor.
Sementara pada peternak skala menengah dan besar, biaya berlangganan aplikasi yang diterapkan menyesuaikan jumlah ayam. Biayanya, yaitu Rp 50 per ekor yang dihitung setiap bulan.
Penggunaan teknologi diharapkan dapat membantu untuk meningkatkan produksi pada peternak ayam broiler, terutama pada ternak kecil. Selama ini, selisih produktivitas pada peternak skala kecil dan peternak skala besar cukup lebar. Hal ini terjadi karena peternak skala kecil memiliki sejumlah kendala. Hal itu, di antaranya, pada akses untuk meningkatkan produksi ternak dan pembuatan sistem keuangan yang akuntabel.
”Melalui aplikasi Broiler X, peternak bisa lebih efisien dalam mengelola peternakan ayam broiler. Biaya produksi bisa ditekan sekaligus dapat meningkatkan produktivitas dari ternak,” kata Galuh.
CEO Broiler X Jati Pikukuh dalam siaran pers menyampaikan, aplikasi Broiler X sengaja dikembangkan untuk membuat teknologi sensor berbasis IoT dengan harga terjangkau. Sistem serupa sudah dikembangkan di luar negeri,tetapi dengan harga yang jauh lebih mahal, yakni mencapai Rp 28 juta.
Dengan harga yang lebih terjangkau, tetapi tetap dengan kualitas yang baik, aplikasi Broiler X tidak hanya menarik perhatian peternak dalam negeri melainkan juga peternak di negara lain, seperti Kanada dan Singapura.
Satu data Galuh berharap aplikasi Broiler X dapat dimanfaatkan oleh banyak peternak ayam di Indonesia. Semakin banyak peternak yang memanfaatkan aplikasi ini, data yang terkumpul bisa semakin besar. Pemanfaatan satu data pun bisa lebih optimal.
Data peternakan yang dilaporkan secara real time dapat digunakan untuk mendorong adanya kebijakan. Data dari kondisi nyata di lapangan terkini itu diharapkan dapat menghasilkan kebijakan yang tepat. ”Misalnya data di lapangan menunjukkan panen di peternak sedang tinggi, tetapi pemerintah justru melakukan impor. Itu artinya kebijakan pemerintah tidak tepat,” katanya
Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada mengembangkan aplikasi Broiler X yang dapat dimanfaatkan untuk memonitor budidaya ayam broiler.
Post Comment