yyudhanto on Teknologi
27 Oct 2024 05:28 - 14 minutes reading

Berbagai Jenis Serangan Hacker Terkini

Saat ini, kondisi keamanan jaringan komputer di dunia menghadapi tantangan besar dengan meningkatnya ancaman siber, termasuk serangan ransomware, phishing, dan serangan DDoS. Perusahaan, lembaga pemerintah, dan pengguna individu menghadapi risiko yang lebih tinggi karena peningkatan interkoneksi dan ketergantungan pada sistem digital. Kecanggihan teknik serangan terus berkembang, terutama dengan memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) dan otomatisasi.

Sementara itu, upaya global untuk meningkatkan keamanan jaringan semakin intensif, dengan penerapan sistem pertahanan seperti firewall, sistem deteksi intrusi (IDS), enkripsi, dan pelatihan kesadaran siber bagi pengguna. Namun, tantangan tetap ada karena peretas juga semakin mengembangkan metode baru untuk mengeksploitasi kerentanan di jaringan komputer.

Berikut ini adalah beberapa jenis serangan kepada server yang paling sering dilakukan :

(1) DDoS (Distributed Denial of Service) adalah jenis serangan jaringan di mana penyerang membanjiri sistem, server, atau jaringan dengan lalu lintas yang sangat besar dari berbagai sumber untuk mengganggu layanan normalnya. Tujuan utama dari serangan ini adalah untuk membuat layanan menjadi tidak tersedia bagi pengguna yang sah.

Serangan DDoS (Distributed Denial of Service)

Cara Kerja Serangan DDoS

  1. Menggunakan Botnet: Penyerang biasanya membangun jaringan bot (botnet) yang terdiri dari perangkat yang telah terinfeksi malware. Botnet ini dapat mencakup ribuan hingga jutaan perangkat yang tersebar di berbagai lokasi.
  2. Pengiriman Lalu Lintas yang Tinggi: Penyerang memerintahkan botnet untuk mengirimkan permintaan atau paket data dalam jumlah besar secara bersamaan ke server target.
  3. Kelebihan Kapasitas Sistem: Lalu lintas yang berlebihan ini membebani kapasitas server atau jaringan, menyebabkan sumber daya menjadi habis dan akhirnya server menjadi tidak responsif atau bahkan mati.
  4. Gangguan Layanan: Pengguna sah yang mencoba mengakses layanan atau situs web akan menemukan layanan tidak tersedia atau lambat akibat serangan tersebut.

Jenis-Jenis Serangan DDoS

  1. Volume-based Attacks: Serangan yang bertujuan untuk memenuhi bandwidth jaringan dengan lalu lintas besar, seperti dalam serangan UDP Flood atau ICMP Flood.
  2. Protocol Attacks: Menargetkan sumber daya server dengan mengeksploitasi protokol jaringan, seperti SYN Flood atau Ping of Death.
  3. Application Layer Attacks: Berfokus pada lapisan aplikasi, seperti HTTP Flood, yang membanjiri server dengan permintaan aplikasi untuk menghabiskan sumber daya server secara langsung.

Dampak Serangan DDoS

  • Gangguan Layanan: Situs web atau aplikasi menjadi tidak dapat diakses oleh pengguna yang sah, mengganggu pengalaman pengguna.
  • Kerugian Finansial: Perusahaan yang mengandalkan layanan online bisa mengalami kerugian pendapatan akibat downtime yang berkepanjangan.
  • Kerusakan Reputasi: Perusahaan yang mengalami serangan DDoS berulang kali dapat kehilangan kepercayaan dari pelanggan.
  • Biaya Pemulihan: Memulihkan layanan dari serangan DDoS memerlukan waktu dan biaya untuk memperbaiki sistem dan menerapkan langkah-langkah pencegahan.

Pencegahan dan Mitigasi

  • Penggunaan Firewall dan Sistem Deteksi Intrusi: Menerapkan firewall atau sistem deteksi intrusi untuk mengenali dan memblokir lalu lintas yang mencurigakan.
  • Pembatasan Trafik: Menetapkan batas untuk lalu lintas yang dapat diterima dari alamat IP tertentu.
  • Anycast Network: Menggunakan jaringan anycast yang dapat mendistribusikan lalu lintas ke berbagai server terdekat untuk mencegah server tunggal dari dibanjiri.
  • Cloud-based DDoS Protection: Menggunakan layanan proteksi DDoS berbasis cloud untuk menyaring dan menahan trafik yang tidak sah sebelum mencapai server utama.

Serangan DDoS adalah ancaman yang serius bagi bisnis dan layanan online, sehingga penting untuk menerapkan tindakan pencegahan dan sistem keamanan yang memadai agar sistem tetap aman dan dapat diakses.

(2) DNS Spoofing (atau DNS Cache Poisoning) adalah jenis serangan jaringan yang mengeksploitasi kelemahan dalam sistem DNS (Domain Name System) untuk mengarahkan pengguna ke situs web yang salah atau berbahaya. Dengan melakukan ini, penyerang dapat mencuri informasi sensitif, menyebarkan malware, atau mengelabui pengguna untuk melakukan tindakan yang merugikan.

Serangan DNS Spoofing (atau DNS Cache Poisoning)

Cara Kerja DNS Spoofing

  1. Target DNS Resolver: Penyerang mengincar DNS resolver (server DNS) yang menyimpan cache dari hasil resolusi nama domain. DNS resolver bertugas untuk menerjemahkan nama domain menjadi alamat IP.
  2. Mengirimkan Respons Palsu: Penyerang mengirimkan respons DNS palsu kepada resolver sebelum menerima permintaan asli. Respons ini berisi informasi yang salah, seperti alamat IP yang salah untuk suatu nama domain.
  3. Cache Poisoning: Jika resolver menerima respons palsu dan menganggapnya valid, ia akan menyimpannya dalam cache. Selanjutnya, ketika pengguna meminta akses ke nama domain tersebut, DNS resolver akan mengarahkan mereka ke alamat IP yang salah.
  4. Redirect ke Situs Berbahaya: Pengguna yang mencoba mengakses situs web yang sah akan diarahkan ke situs web yang dikendalikan oleh penyerang, di mana mereka dapat terpapar malware, phishing, atau konten berbahaya.

Dampak DNS Spoofing

  • Pencurian Data: Penyerang dapat mencuri informasi sensitif, seperti kata sandi, nomor kartu kredit, dan data pribadi lainnya.
  • Penyebaran Malware: Situs web yang dikendalikan penyerang dapat menyebarkan malware kepada pengguna yang mengunjungi situs tersebut.
  • Kerusakan Reputasi: Jika perusahaan atau organisasi menjadi korban serangan ini, reputasi mereka dapat rusak akibat pengguna yang mengalami penipuan atau kebocoran data.

Teknik yang Digunakan dalam DNS Spoofing

  • Menyusup ke Jaringan: Penyerang dapat masuk ke jaringan dan melakukan serangan dari dalam, menggunakan teknik seperti ARP Spoofing.
  • Memanfaatkan Kerentanan: Penyerang dapat mengeksploitasi kerentanan dalam perangkat lunak DNS atau konfigurasi yang salah untuk mengirimkan respons palsu.
  • Serangan dengan Flooding: Mengirimkan sejumlah besar permintaan DNS untuk meningkatkan peluang mereka mengirimkan respons palsu sebelum permintaan asli diproses.

Pencegahan dan Mitigasi

  • Penggunaan DNSSEC: DNS Security Extensions (DNSSEC) dapat digunakan untuk menandatangani data DNS, sehingga memastikan bahwa data yang diterima adalah asli dan tidak diubah.
  • Pemantauan Aktivitas: Mengawasi aktivitas jaringan untuk mendeteksi pola mencurigakan yang dapat menunjukkan adanya serangan.
  • Pembaruan Rutin: Memastikan perangkat lunak DNS selalu diperbarui untuk menutup kerentanan yang dapat dieksploitasi oleh penyerang.
  • Konfigurasi Keamanan: Mengonfigurasi DNS resolver untuk tidak menyimpan cache untuk data yang tidak dipercaya atau tidak dikenal.

DNS Spoofing adalah ancaman serius yang dapat memiliki konsekuensi besar bagi individu dan organisasi. Oleh karena itu, penting untuk menerapkan langkah-langkah keamanan yang tepat untuk melindungi sistem dari serangan ini.

(3) MITM atau Man-in-the-Middle adalah jenis serangan di mana penyerang secara diam-diam menyusup ke dalam komunikasi antara dua pihak tanpa sepengetahuan mereka. Dalam serangan ini, penyerang dapat memantau, mengubah, atau menyisipkan informasi ke dalam komunikasi yang sedang berlangsung, sehingga mereka dapat mencuri data sensitif, seperti kata sandi, informasi keuangan, atau detail pribadi.

Serangan MITM atau Man-in-the-Middle

Cara Kerja Serangan MITM

  1. Pengintaian: Penyerang dapat menggunakan berbagai teknik untuk mengintersep komunikasi, seperti pengalihan lalu lintas, pemalsuan DNS, atau menggunakan jaringan Wi-Fi publik yang tidak aman.
  2. Mendapatkan Akses: Setelah berhasil menyusup, penyerang dapat mengakses data yang sedang ditransfer antara dua pihak. Mereka dapat melihat semua informasi yang dikirim dan diterima.
  3. Modifikasi Data: Penyerang dapat mengubah data yang sedang dikirim, misalnya, dengan mengubah detail transaksi keuangan atau pesan yang dikirimkan antara dua pengguna.
  4. Penyampaian: Setelah melakukan pemantauan dan modifikasi, penyerang kemudian menyampaikan data yang telah dimodifikasi kepada pihak yang seharusnya.

Teknik Umum yang Digunakan dalam Serangan MITM

  • ARP Spoofing: Menggunakan Address Resolution Protocol untuk mengasosiasikan alamat IP dengan alamat MAC penyerang, sehingga semua lalu lintas yang ditujukan ke alamat IP tertentu dialihkan ke penyerang.
  • DNS Spoofing: Mengubah catatan DNS untuk mengarahkan pengguna ke situs web yang dikendalikan oleh penyerang.
  • Wi-Fi Eavesdropping: Mengatur hotspot Wi-Fi publik yang tidak aman untuk menangkap data dari pengguna yang terhubung.
  • SSL Stripping: Mengalihkan koneksi HTTPS ke HTTP, memungkinkan penyerang untuk menangkap data yang seharusnya aman.

Dampak Serangan MITM

  • Pencurian Data Sensitif: Informasi pribadi, data kartu kredit, dan kredensial login dapat dicuri oleh penyerang.
  • Kerugian Finansial: Penyerang dapat melakukan penipuan keuangan atau mencuri dana dari akun pengguna.
  • Kerusakan Reputasi: Organisasi yang menjadi target serangan dapat mengalami kerugian reputasi dan kehilangan kepercayaan dari pelanggan.

Pencegahan dan Mitigasi

  • Enkripsi: Menggunakan protokol enkripsi yang kuat (seperti HTTPS, SSL/TLS) untuk melindungi data yang ditransmisikan.
  • Verifikasi Identitas: Memastikan bahwa pengguna dan server yang terlibat dalam komunikasi dapat dipercaya, misalnya dengan menggunakan sertifikat digital.
  • Jaringan Aman: Menghindari penggunaan jaringan Wi-Fi publik untuk melakukan transaksi sensitif.
  • Pemantauan Lalu Lintas: Menggunakan alat deteksi intrusi untuk mengawasi aktivitas mencurigakan di jaringan.

Serangan MITM adalah ancaman serius bagi keamanan informasi, dan penerapan langkah-langkah keamanan yang tepat sangat penting untuk melindungi data dari intersepsi yang tidak sah

(4) Rootkit adalah jenis perangkat lunak jahat (malware) yang dirancang untuk menyembunyikan keberadaan proses, file, atau informasi tertentu dari sistem operasi dan perangkat lunak keamanan, seperti antivirus dan firewall. Tujuan utama dari rootkit adalah untuk memberikan akses tidak sah ke sistem dan mempertahankan kontrolnya tanpa terdeteksi oleh pengguna atau administrator.

Serangan Rootkit

Cara Kerja Rootkit

  1. Infiltrasi Sistem: Rootkit dapat masuk ke sistem melalui berbagai cara, seperti eksploitasi kerentanan perangkat lunak, phishing, atau pengunduhan perangkat lunak yang terinfeksi.
  2. Penyembunyian: Setelah berhasil menginfeksi, rootkit akan mengubah fungsi sistem operasi untuk menyembunyikan keberadaan file dan prosesnya. Ini dapat mencakup pengeditan atau penggantian fungsi sistem yang bertanggung jawab untuk menampilkan informasi tentang proses yang sedang berjalan.
  3. Akses Berkelanjutan: Rootkit memberikan penyerang kemampuan untuk mengakses sistem secara terus-menerus tanpa terdeteksi. Penyerang dapat melakukan berbagai aktivitas, seperti mencuri data, menginstal malware tambahan, atau memantau aktivitas pengguna.

Jenis-Jenis Rootkit

  1. User Mode Rootkits: Beroperasi pada tingkat aplikasi, menyembunyikan file dan proses dari sistem operasi.
  2. Kernel Mode Rootkits: Bekerja di tingkat inti (kernel) dari sistem operasi, memberikan kontrol yang lebih dalam dan kemampuan untuk menyembunyikan lebih banyak informasi.
  3. Firmware Rootkits: Menginfiltrasi firmware perangkat keras (seperti router atau BIOS), membuatnya sulit untuk dihapus karena dapat bertahan bahkan setelah sistem diinstal ulang.
  4. Virtual Machine Rootkits: Menggunakan teknologi virtualisasi untuk menyembunyikan keberadaan rootkit dari sistem operasi yang terinfeksi.

Dampak Rootkit

  • Keamanan Sistem: Rootkit dapat menyebabkan pelanggaran keamanan serius, karena memungkinkan penyerang untuk mengambil alih kontrol sistem.
  • Pencurian Data: Penyerang dapat menggunakan rootkit untuk mengumpulkan data sensitif, seperti informasi login, data keuangan, dan informasi pribadi.
  • Kerugian Finansial: Perusahaan dapat mengalami kerugian finansial akibat pencurian data, pemulihan sistem, dan dampak reputasi.

Pencegahan dan Penanggulangan

  • Keamanan Perangkat Lunak: Memastikan semua perangkat lunak diperbarui dan menginstal patch keamanan secara teratur.
  • Pemantauan dan Deteksi: Menggunakan alat deteksi rootkit yang khusus dirancang untuk mengidentifikasi dan menghapus rootkit dari sistem.
  • Audit Keamanan: Melakukan audit dan pemantauan rutin pada sistem untuk mendeteksi aktivitas mencurigakan.
  • Penggunaan Software Keamanan: Menggunakan antivirus dan firewall yang dapat mendeteksi dan menghentikan ancaman rootkit.

Rootkit adalah ancaman serius dalam dunia keamanan siber, dan pemahaman yang baik tentang cara kerjanya serta langkah-langkah pencegahan yang efektif sangat penting untuk melindungi sistem dari serangan tersebut.

(5) Botnets adalah jaringan komputer yang terdiri dari sejumlah besar perangkat yang terinfeksi oleh malware dan dikendalikan oleh seorang penyerang, biasanya tanpa sepengetahuan pemilik perangkat tersebut. Istilah “bot” merujuk pada perangkat yang terinfeksi dan dapat melakukan tugas tertentu secara otomatis, sedangkan “net” berasal dari kata jaringan.

Serangan Botnets

Cara Kerja Botnets

  1. Infeksi: Penyerang menyebarkan malware melalui berbagai cara, seperti email phishing, unduhan perangkat lunak yang terinfeksi, atau eksploitasi kerentanan perangkat lunak.
  2. Pengendalian: Setelah perangkat terinfeksi, bot tersebut terhubung ke server perintah dan kendali (C&C server) yang dikendalikan oleh penyerang. Penyerang dapat mengirimkan instruksi kepada bot untuk melakukan berbagai aktivitas jahat.
  3. Eksekusi Perintah: Bot dapat melakukan serangan terdistribusi, seperti:
    • DDoS (Distributed Denial of Service): Menyerang situs web dengan trafik yang sangat besar untuk membuatnya tidak dapat diakses.
    • Pencurian Data: Mengambil data sensitif dari perangkat yang terinfeksi.
    • Pengiriman Spam: Mengirimkan email spam dalam jumlah besar.
    • Penyebaran Malware Lainnya: Menyebarkan malware ke perangkat lain.

Dampak Botnets

  • Gangguan Layanan: Serangan DDoS dapat mengganggu layanan online penting.
  • Kerugian Finansial: Perusahaan dapat mengalami kerugian finansial akibat kehilangan data atau gangguan layanan.
  • Pelanggaran Privasi: Data pribadi dan sensitif dapat dicuri dari perangkat yang terinfeksi.
  • Biaya Pemulihan: Perusahaan harus mengeluarkan biaya untuk mengatasi infeksi dan mengamankan sistem mereka.

Pencegahan dan Penanggulangan

  • Keamanan Jaringan: Menggunakan firewall dan sistem deteksi intrusi.
  • Pembaruan Rutin: Memastikan perangkat lunak dan sistem operasi selalu diperbarui untuk menutup kerentanan.
  • Pelatihan Pengguna: Meningkatkan kesadaran tentang keamanan siber di antara pengguna untuk menghindari klik pada tautan atau lampiran yang mencurigakan.
  • Pemantauan Lalu Lintas Jaringan: Memantau aktivitas jaringan untuk mendeteksi pola mencurigakan yang dapat menunjukkan adanya botnet.

Botnets adalah ancaman serius dalam dunia siber, dan upaya bersama diperlukan untuk mendeteksi dan mencegahnya.

(6) IP Spoofing adalah teknik yang digunakan dalam serangan jaringan komputer di mana penyerang mengirimkan paket data dengan alamat IP sumber yang dipalsukan atau diubah. Dengan cara ini, penyerang dapat menyembunyikan identitas asli mereka atau menipu sistem target agar percaya bahwa paket yang diterima berasal dari alamat IP yang tepercaya.

Serangan IP Spoofing

Cara Kerja IP Spoofing

  1. Paket Data: Saat mengirimkan data melalui jaringan, setiap paket mengandung alamat IP sumber dan tujuan.
  2. Pemalsuan Alamat IP: Penyerang mengubah alamat IP sumber pada paket yang mereka kirimkan. Alamat yang dipalsukan bisa saja menunjukkan bahwa paket berasal dari komputer yang sah, sehingga membuat target tidak curiga.
  3. Pengiriman Paket: Paket yang sudah dipalsukan dikirim ke sistem target atau perangkat lain di jaringan.

Tujuan IP Spoofing

  • Menghindari Deteksi: Dengan menggunakan alamat IP yang tidak terkait dengan penyerang, mereka dapat menghindari sistem keamanan yang mengandalkan alamat IP untuk mengenali dan memblokir lalu lintas berbahaya.
  • Serangan DDoS: Dalam serangan Distributed Denial of Service (DDoS), penyerang sering menggunakan IP spoofing untuk mengirimkan trafik yang tinggi ke satu target dengan membuatnya tampak seolah-olah berasal dari banyak sumber.
  • Mendapatkan Akses Tidak Sah: Penyerang dapat mencoba untuk mendapatkan akses ke sistem yang dilindungi dengan berpura-pura menjadi alamat IP yang diizinkan.
  • Man-in-the-Middle Attack: Dalam beberapa kasus, penyerang dapat menggunakan IP spoofing untuk mencegat komunikasi antara dua pihak.

Dampak IP Spoofing

  • Gangguan Layanan: Dapat menyebabkan sistem menjadi tidak tersedia atau melambat akibat trafik yang tidak sah.
  • Pelanggaran Keamanan: Dapat menyebabkan kebocoran data atau akses tidak sah ke sistem yang sensitif.
  • Kerugian Finansial: Perusahaan mungkin mengalami kerugian akibat serangan yang berhasil, baik dari segi pemulihan sistem maupun kehilangan data.

Pencegahan dan Mitigasi

  • Filtering: Menggunakan filter pada router dan firewall untuk mencegah paket dengan alamat IP sumber yang tidak valid.
  • Autentikasi: Menerapkan teknik autentikasi yang lebih kuat untuk komunikasi, seperti IPsec, yang dapat membantu memastikan bahwa paket berasal dari sumber yang sah.
  • Pemantauan Lalu Lintas: Mengawasi lalu lintas jaringan untuk mendeteksi pola mencurigakan yang mungkin menunjukkan adanya aktivitas spoofing.

IP spoofing merupakan teknik yang sering digunakan dalam berbagai serangan, sehingga penting bagi organisasi untuk menerapkan langkah-langkah keamanan yang tepat untuk melindungi jaringan mereka.

Bagaimana Usaha Pencegahan Cyber Security?

Untuk menangani serangan siber secara efektif, perusahaan dan organisasi perlu mengembangkan upaya keamanan yang melibatkan sumber daya manusia (SDM) dan teknologi. Berikut adalah strategi di kedua area tersebut:

1. Usaha di Bidang SDM

  1. Pelatihan Keamanan Siber:
    • Melakukan pelatihan berkala untuk karyawan tentang ancaman siber terkini dan cara mengenali serta menghindari risiko, seperti phishing, social engineering, atau malware.
    • Melibatkan semua level karyawan, termasuk manajemen, untuk meningkatkan kesadaran akan praktik keamanan terbaik.
  2. Tim Keamanan Khusus:
    • Membentuk tim keamanan siber khusus, seperti Security Operations Center (SOC), yang fokus pada pemantauan, deteksi, dan penanggulangan ancaman.
    • Memastikan tim ini memiliki kemampuan dalam analisis risiko, investigasi insiden, dan mitigasi ancaman secara real-time.
  3. Pengembangan Profesional Berkelanjutan:
    • Mendorong tim keamanan siber untuk mendapatkan sertifikasi profesional, seperti Certified Information Systems Security Professional (CISSP), Certified Ethical Hacker (CEH), atau CompTIA Security+.
    • Memberikan akses ke pelatihan lanjutan untuk mengikuti perkembangan teknologi dan teknik serangan siber terbaru.
  4. Perlindungan Terhadap Insiden Orang Dalam (Insider Threats):
    • Melakukan audit reguler dan monitoring perilaku karyawan untuk mendeteksi anomali atau tanda-tanda aktivitas berisiko.
    • Menyediakan pelatihan tentang etika dan kebijakan keamanan bagi karyawan agar mereka memahami pentingnya kepatuhan terhadap aturan keamanan.

2. Usaha di Bidang Teknologi

  1. Penggunaan Sistem Otomatisasi dan Deteksi Ancaman:
    • Menggunakan Intrusion Detection Systems (IDS) dan Intrusion Prevention Systems (IPS) untuk mendeteksi dan mencegah serangan sejak dini.
    • Mengimplementasikan alat pemantauan otomatis yang berbasis Machine Learning dan Artificial Intelligence untuk mengenali pola aktivitas mencurigakan dan melindungi sistem dari serangan yang berulang.
  2. Multi-Factor Authentication (MFA):
    • Mengamankan akses ke sistem penting menggunakan autentikasi multi-faktor untuk memastikan hanya pengguna yang sah yang dapat mengakses data atau aplikasi.
  3. Enkripsi Data:
    • Melindungi data sensitif dengan enkripsi, baik untuk data dalam perjalanan (data in transit) maupun data yang tersimpan (data at rest), sehingga data tetap aman meskipun terjadi pencurian.
  4. Firewall dan Segregasi Jaringan:
    • Menggunakan firewall yang kuat untuk memblokir akses tidak sah dan mengatur lalu lintas yang masuk dan keluar dari jaringan.
    • Melakukan segregasi jaringan untuk membatasi akses antar sistem, sehingga jika satu bagian jaringan disusupi, dampaknya tidak menyebar ke seluruh sistem.
  5. Pembaruan dan Patch Secara Berkala:
    • Memastikan sistem dan perangkat lunak diperbarui secara berkala dengan patch terbaru untuk menutup kerentanan yang dapat dimanfaatkan oleh penyerang.
  6. Backup dan Disaster Recovery:
    • Menyediakan sistem backup otomatis untuk data penting dan membuat rencana pemulihan bencana (disaster recovery plan) agar dapat memulihkan data dan sistem dengan cepat jika terjadi serangan.

Kombinasi SDM dan Teknologi

Kombinasi dari SDM yang kompeten dan teknologi yang kuat sangat penting dalam menciptakan sistem keamanan siber yang efektif. Sumber daya manusia yang memiliki keterampilan akan dapat memaksimalkan teknologi yang digunakan dan mengambil tindakan yang tepat saat serangan terjadi.

yudho yudhanto uns solo
yudho yudhanto kompas com
yudho yudhanto dirjen vokasi
yudho yudhantookezone
yudho yudhanto inews
yudho yudhanto tribunews

Quote-Ku

A superior man is modest in his speech, but exceeds in his actions.
Confucius

_____

Download

Source Script Buku Laravel

Source Script Buku Laravel

37.57 MB 783 Downloads