Berikut ini adalah konsep dan metode pengukuran untuk Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT) atau Technology Readiness Level (TRL).
Teknologi dinilai memiliki peran sangat penting dalam kehidupan manusia. Walaupun sebenarnya tidak mudah membuat “pemisahan” yang jelas antara teknologi dan sains (ilmu pengetahuan), secara umum dipahami bahwa teknologi memiliki nilai manfaat pragmatis (terutama dalam perekonomian) dalam proses penciptaan/peningkatan nilai tambah dan peningkatan produktivitas.
Nilai manfaat “teknologi” dipengaruhi oleh beragam faktor, baik yang menyangkut teknologi yang bersangkutan maupun faktor “di luar” teknologi tersebut. Di antara aspek yang penting dan erat kaitannya dengan faktor berpengaruh tersebut adalah yang menyangkut “kesiapan/kematangan (readiness).”
Penilaian tentang kesiapan/kematangan menjadi sangat penting mengingat “arti nyata” suatu teknologi bagi kepentingan manusia/masyarakat pada akhirnya bergantung pada peran atau kontribusi kegunaan/kemanfaatannya. Karena itu, upaya pengembangan atau inovasi teknologi sangat berkaitan dengan upaya/langkah perbaikan agar semakin berguna/bermanfaat (dan berkinerja lebih baik).
Secara umum, pengertian tentang kesiapan teknologi dapat dikembangkan berdasarkan sisi penyediaan dan permintaan dalam kerangka penilaian “obyektif” dan “subyektif.”
Dalam kerangka penilaian yang lebih obyektif, sisi penyediaan berkaitan dengan “perkembangan suatu teknologi sebagai alat solusi dapat berfungsi” untuk diaplikasikan dalam dunia nyata. Sedangkan sisi permintaan berkaitan dengan pemenuhan atas tuntutan persyaratan (requirements) kebutuhan atas teknologi yang bersangkutan.
Sementara itu dalam kerangka subyektif, sisi penyediaan berkaitan dengan dengan persepsi pihak penyedia tentang suatu teknologi yang dikembangkannya. Sedangkan dari sisi permintaan, kesiapan berkaitan dengan persepsi pengguna (calon pengguna) teknologi, yang tentunya dipengaruhi oleh pemahamannya tentang teknologi yang bersangkutan dalam konteks kepentingannya. Apabila ”mekanisme pasar” dapat memecahkan interaksi penyediaan dan permintaan teknologi, maka isu kesiapan teknologi tidak muncul sebagai isu/persoalan yang memerlukan penanganan tertentu/khusus.
Dalam kenyataannya, mekanisme pasar tidak secara otomatis selalu dapat menemukan jalan solusi bagi interaksi penyediaan-permintaan teknologi dengan efisien. Dalam situasi demikian, persoalan kegagalan pasar seperti misalnya akibat dari asimetri informasi tentang kesiapan teknologi sering merupakan persoalan yang muncul dan menghambat berkembangnya aktivitas inovasi atau interaksi yang bernilai tambah secara efisien.
Dalam situasi demikian intervensi kebijakan sering dipandang perlu untuk dikembangkan dalam upaya menghilangkan/ mereduksi ”kegagalan pasar” demikian atau mendorong terjadinya/berkembangnya mekanisme pasar yang efektif. Dalam kaitan ini, di antara sumber asimetri informasi tersebut adalah ”ketidaksepahaman tentang kesiapan teknologi” antara pihak penyedia dan pengguna (dan boleh jadi juga menyangkut pihak lain yang berkepentingan).
Untuk memberikan pengenalan pemahaman berkaitan dengan isu yang disampaikan di atas, makalah ini menyampaikan bahasan singkat berkaitan dengan pengertian kesiapan teknologi dan salah satu cara pengukurannya, serta langkah/upaya mengatasinya.
KONSEP KESIAPAN TEKNOLOGI
Konsep kesiapan teknologi (technology readiness) yang perlu dikembangkan untuk dapat ditafsirkan dengan baik oleh para pihak yang berkepentingan. Jika tidak, maka kemungkinan perbedaan pemahaman atau pandangan, bahkan lebih jauh berkembangnya asimteri informasi tentang kesiapan teknologi sangat boleh jadi akan dijumpai. Pihak pengembang/penyedia teknologi mungkin mengartikan bahwa apa yang dihasilkannya (misalnya konsep tentang proses pembuatan produk tertentu atau mungkin telah berwujud sebagai suatu purwarupa/prototipe teknologi) sebagai teknologi yang dapat diterapkan oleh pengguna. Sementara pihak pengguna (calon pengguna) memandang hal demikian bukan atau belumlah sebagai teknologi yang siap untuk diterapkan dalam dunia nyata (atau sesuai kepentingannya).
Pengertian kesiapan teknologi sebenarnya dapat dikembangkan setidaknya dari 2 (dua) perspektif yang ”berbeda” namun akan saling berkaitan:
Pengertian pertama banyak terkait dengan kinerja fungsional dan karateristik tertentu lain berkaitan dengan sejauh mana teknologi yang bersangkutan dapat dimanfaatkan sesuai rancangannya. Ini berkaitan dengan aspek konsep, kinerja teknis dan aspek lain yang dipandang penting menyangkut aplikasinya dalam kondisi tertentu yang diperkirakan atau dunia nyatanya.
Kesiapan teknologi (technology readiness) dapat dipahami sebagai seberapa siap atau matang suatu teknologi dapat diterapkan sesuai dengan fungsi yang ditujukannya (dirancang kegunaannya). Pengertian ”kesiapan” menunjukkan adanya konsep tentang kemungkinan ”perbedaan siap atau tidak/belumnya suatu teknologi” atau ”perbedaan tingkatan kesiapan teknologi” untuk digunakan/dimanfaatkan sesuai fungsinya.
Dalam pengertian pertama ini, secara umum, ”Tingkat Kesiapan Teknologi/TKT” (Technology Readiness Level/TRL) pada dasarnya dapat diartikan sebagai “indikator” yang menunjukkan seberapa siap atau matang suatu teknologi untuk diterapkan dalam dunia nyata dan diadopsi oleh pengguna (calon pengguna).
Sementara itu, pengertian kedua lebih menyangkut persepsi yang berkaitan dengan ”kepentingan atau aspek subyektif” pihak yang terlibat atau berkepentingan dengan teknologi yang ditelaah. Hal ini dapat menyangkut persyaratan (requirements) umum dan khusus/spesifik atau juga ”persepsi” yang berkembang akibat hal tertentu dari pihak yang berkepentingan seperti misalnya menyangkut pengetahuan, kemampuan dan/atau persepsi risiko pengguna (atau calon pengguna) tentang teknologi baru.
Makalah ini selanjutnya akan membahas secara singkat pengertian dalam perspektif yang pertama.
Banyak pihak memberi perhatian dalam hal ini. Berangkat dari kepentingan program penelitian dan pengembangan (litbang) yang berada di bawah mandatnya, NASA (National Aeronautics and Space Administration) – Amerika Serikat merupakan pihak yang telah mengkajinya sejak 1980-an dapat dianggap sebagai pelopor yang mengembangkan konsep TKT/TRL ini beserta panduan umum cara pengukurannya (lihat misalnya Mankins, 1995, dan NASA, 2001, serta beberapa tulisan lain dalam Daftar Pustaka).
Dalam konsep NASA, tingkat kesiapan teknologi dibedakan atas 9 kategori tingkatan (pengembangan dari konsep awal yang menggunakan 7 tingkatan). Walaupun menggunakan definisi yang agak berbeda, Departemen Pertahanan Amerika Serikat dan NASA pada dasarnya menggunakan kategorisasi serupa tentang tingkat kesiapan teknologi.
Tabel 1 di bawah merupakan rangkuman yang dikembangkan dan digunakan oleh NASA berkaitan dengan kerangka tingkat kesiapan teknologi/TKT (technology readiness level/TRL).
TKT | Penjelasan |
1. Prinsip dasar dari teknologi diteliti dan dilaporkan | Tingkat terendah dari kesiapan teknologi. Riset ilmiah dimulai untuk diterjemahkan kedalam riset terapan dan pengembangan. Contoh-contohnya misalnya berupa studi makalah menyangkut sifat-sifat dasar suatu teknologi (technology’s basic properties). |
2. Formulasi konsep dan/atau aplikasi teknologi | Invensi dimulai. Saat prinsip-prinsip dasar diamati, maka aplikasi praktisnya dapat digali/dikembangkan. Aplikasinya masih bersifat spekulatif dan tidak ada bukti ataupun analisis yang rinci yang mendukung asumsi yang digunakan. Contoh-contohnya masih terbatas pada studi makalah. |
3. Pembuktian konsep (proof- of-concept) fungsi dan/atau karakteristik penting secara analitis dan eksperimental | Riset/penelitian dan pengembangan secara aktif dimulai. Hal ini dapat menyangkut studi analitis dan studi laboratorium untuk memvalidasi secara fisik atas prediksi analitis tentang elemen-elemen terpisah dari teknologi. Contoh-contohnya misalnya komponen-komponen yang belum terintegrasi ataupun mewakili. |
4. Validasi kode, komponen dan/atau breadboard validation dalam lingkungan laboratorium | Komponen-komponen teknologi yang mendasar diintegrasikan untuk memastikan agar bagian-bagian tersebut secara bersama dapat bekerja/berfungsi.Keadaan ini masih memiliki keandalan yang relatif rendah dibanding dengan sistem akhirnya. Contoh-contohnya misalnya integrasi piranti/perangkat keras tertentu (sifatnya ad hoc) di laboratorium. |
5. Validasi kode, komponen dan/atau breadboard validation dalam suatu lingkungan yang relevan | Keandalan teknologi yang telah terintegrasi (breadboard technology) meningkat secara signifikan. Komponen- komponen teknologi yang mendasar diintegrasikan dengan elemen-elemen pendukung yang cukup realistis sehingga teknologi yang bersangkutan dapat diuji dalam suatu lingkungan tiruan/simulasi. Contoh-contohnya misalnya integrasi komponen di laboratorium yang telah memiliki keandalan tinggi (‘high fidelity’). |
6. Demonstrasi model atau prototipe sistem/subsistem dalam suatu lingkungan yang relevan | Model yang representatif atau sistem purwarupa (prototipe) yang telah melampaui uji teknologi yang terintegrasi (breadboard tested) untuk TKT/TRL 5 diuji dalam suatu lingkungan yang relevan. Keadaan ini mencerminkan langkah perkembangan yang besar dalam uji/demonstrasi kesiapan teknologi. Contoh-contohnya misalnya pengujian suatu prototipe dalam lingkungan laboratorium dengan keandalan tinggi atau lingkungan operasional tiruan/simulasi. |
7. Demonstrasi prototipe sistem dalam lingkungan/aplikasi sebenarnya | Prototipe mendekati atau sejalan dengan rencana sistem operasionalnya. Keadaan ini mencerminkan langkah perkembangan dari TKT/TRL 6, membutuhkan demonstrasi dari prototipe sistem nyata dalam suatu lingkungan operasional, seperti misalnya dalam suatu peswat terbang, kendaraan atau ruang angkasa. Contoh-contohnya termasuk misalnya pengujian prototipe dalam pesawat uji coba (test bed aircraft). |
8. Sistem telah lengkap dan memenuhi syarat (qualified) melalui pengujian dan demonstrasi dalam lingkungan/ aplikasi sebenarnya | Teknologi telah terbukti bekerja/berfungsi dalam bentuk akhirnya dan dalam kondisi sebagaimana yang diharapkan. Pada umumnya, TKT ini mencerminkan akhir dari pengembangan sistem yang sebenarnya. Contohnya termasuk misalnya uji pengembangan dan evaluasi dari sistem dalam sistem persenjataan sebagaimana dirancang dalam rangka memastikan pemenuhan persyaratan spesifikasi desainnya. |
9. Sistem benar-benar teruji/terbukti melalui keberhasilan pengoperasian | Aplikasi (penerapan) teknologi secara nyata dalam bentuk akhirnya dan di bawah kondisi yang dimaksudkan (direncanakan) sebagaimana dalam pengujian dan evaluasi operasional. Pada umumnya, ini merupakan bagian/aspek terakhir dari upaya perbaikan/penyesuaian (bug fixing) dalam pengembangan sistem yang sebenarnya. Contoh- contohnya termasuk misalnya pemanfaatan sistem dalam kondisi misi operasional. |
Sumber : Mankins (1995) dan Graettinger, et al., (2002).
Walaupun faktor-faktor yang menentukan tingkatan kesiapan teknologi bisa sangat beragam, konsep TKT dari NASA ini pada dasarnya merupakan konsep ukuran TKT berskala satu dimensi (uni-dimensional scale).
Ini tentu memberikan kemudahan pengertian dan pengukuran secara operasional. Namun di sisi lain, hal ini juga belakangan dinilai memiliki kelemahan, terutama simplifikasi dari kompleksitas yang sebenarnya terkait dengan teknologi.
Pada tahun 1999, General Accounting Office – Amerika Serikat (US GAO) menerbitkan laporan yang dinilai cukup penting [lihat US GAO (1999): GAO/NSIAD-99-162] dengan menelaah perbedaan “transisi teknologi” antara Departemen Pertahanan AS dengan industri swasta. Laporan tersebut menyimpulkan antara lain bahwa Departemen Pertahanan AS mengambil risiko yang lebih tinggi dan berupaya mengalihkan (mentransfer) emerging technologies pada tingkat kematangan yang lebih rendah dibanding yang dilakukan oleh industri swasta (Gambar 1).
Disimpulkan juga dalam laporan tersebut bahwa teknologi yang tidak/belum matang meningkatkan risiko program secara keseluruhan. Kemudian US GAO merekomendasikan agar Departemen Pertahanan AS mengadopsi penggunaan TKT/TRL dari NASA sebagai cara untuk mengkaji kematangan teknologi sebelum melaksanakan transisi teknologi.
Pemerintah AS selanjutnya menyetujui penggunaan TKT/TRL tersebut dalam program- program utama mereka yang baru. Panduan untuk mengkaji kematangan teknologi dicantumkan dalam the Defense Acquisition Guidebook. Kemudian, Departemen Pertahanan AS juga mengembangkan panduan rinci untuk menggunakan TKT/TRL dalam the 2003 DOD Technology Readiness Assessment Deskbook.
Agar dapat berguna, konsep umum tingkat kesiapan teknologi (TKT/TRL) dari NASA perlu dapat diterjemahkan secara kontekstual dan diterapkan dalam aplikasi nyatanya. Menyadari hal tersebut, beberapa pihak mengembangkan cara-cara pengukuran TKT dan menterjemahkannya secara lebih pragmatis dalam pengukuran secara operasional.
Pengukuran TKT secara kuantitatif dipandang penting untuk memberikan informasi “seobyektif mungkin” dan menciptakan “kesamaan” persepsi (atau membangun kesepahaman) antara berbagai pihak yang terlibat/berkepentingan dengan suatu teknologi yang dikembangkan. Ini juga tentu akan sangat penting (walau mungkin tidak dapat sepenuhnya menjamin kepastian) dalam menghilangkan atau mereduksi asimetri informasi terutama tentang teknologi yang baru atau sedang dikembangkan.
Prakarsa oleh William Nolte beserta timnya di AFRL Amerika Serikat (Air Force Research Laboratory) adalah di antara upaya yang dilakukan berkaitan dengan pengukuran TKT. Nolte (lihat misalnya Nolte, 2005) mengembangkan “kalkulator” penghitung tingkat kesiapan teknologi yang disebutnya the TRL Calculator.
Alat ini merupakan piranti lunak untuk menerapkan konsep TKT/TRL NASA dalam program-program pengembangan teknologinya. Piranti lunak yang berbasiskan spreadsheet dari Microsoft ExelÔ ini menghimpun beberapa pertanyaan baku terkait dengan program dan menampilkan TKT yang dicapai secara grafis. Piranti lunak ini cukup membantu dalam proses pengukuran (yang juga dapat dilakukan berulang) dalam menilai TKT. Selain memberi gambaran sesaat (snap shot) tentang status kematangan program pada waktu tertentu, ia juga dapat digunakan untuk mengevaluasi proses historis dari apa yang telah dilakukan dalam sutu program teknologi.
Konsep TKT dari NASA pada dasarnya mencerminkan suatu skala satu dimensi (uni- dimensional scale) yang digunakan bagi suatu ukuran kematangan teknologi. Namun disadari juga bahwa perhatian yang tertuju hanya pada TKT demikian dapat mengabaikan hal sangat penting yang perlu diketahui oleh manajer program. TRL Calculator mencoba mengukur kesiapan teknologi dalam “multi dimensi” (walaupun diakui tetap masih mengabaikan banyak dimensi penting lain menyangkut kematangan teknologi). Selain TKT, TRL Calculator menggunakan dua dimensi lain yaitu:
(1) Manufacturing readiness level (MRL), yang pada dasarnya menyangkut kesiapan teknologi terkait dengan aplikasinya dalam manufaktur, dan
(2) Programmatic readiness level (PRL), terkait dengan “kepentingan” program.
TRL Calculator juga memungkinkan pengukuran ketiga “jenis” teknologi, baik berupa perangkat/piranti keras (hardware), piranti lunak (software), dan keduanya.
Untuk pengembangan dimensi, maka pertimbangan penting lain seperti misalnya menyangkut: tingkat kesulitan litbang, dukungan, interoperabilitas, kemampuan produksi, kesiapan konsumen menerima, bahan kepemimpinan korporasi dan faktor pertimbangan penting lainnya dapat dikembangkan lebih lanjut.
Metode pengukuran lain misalnya adalah yang dikembangkan oleh Smith (2004a). Smith (2004a) mengungkapkan pendekatan untuk mengatasi beberapa kelemahan dari konsep TKT umum misalnya dengan mempertimbangkan beberapa atribut yang tidak tunggal, hal kritis dari teknologi terhadap sistem, dan siklus (daur hidup) teknologi. Smith juga (lihat Smith II, 2004b) menawarkan konsep yang disebutnya ImpACT untuk pengukuran tingkat kesiapan teknologi untuk Commercial-Off-The-Shelf (COTS) Software. ImpACT mendasarkan atas suatu pendekatan Multi- Atribute Decicion Making (MADM) yaitu metode AHP (Analytic Hierarchy Process),3 dengan menggunakan atribut pertimbangan berikut:
(1) Importance (tingkat kepentingan) – peran dalam sistem (criticality to the system); tingkat kesulitan dalam mempengaruhi lingkungan kerja manakala teknologi atau produk tidak berfungsi (atau tidak tersedia);
(2) Availability(ketersediaan) – tingkat ketersediaan produk atau teknologi secara komersial;
Untuk penjelasan lebih teknis TRL Calculator ini, lihat:http://www.aero.org/conferences/documents/TRLCalcBrief28Apr05_NOLTE.ppt dan http://www.aero.org/conferences/documents/TRLCalcVer2_2.xls
Catatan: Metode AHP dikembangkan oleh Thomas Saaty tahun 1970an.
(3) Capability (kapabilitas) – kesesuaian fungsional antara produk atau teknologi dan persyaratan sistem;
(4) Timeframe (kerangka waktu) – ukuran tentang bagaimana siklus hidup produk atau teknologi terhadap sikulus hidup sistem. Apakah akan tersedia saat dibutuhkan? Apakah melampaui siklus hidup sistem?
Selanjutnya dengan menggunakan perangkat lunak AHP yang tersedia (seperti misalnya Expert Choice) maka TKT dapat diukur secara kuantitatif.
Secara ringkas, keterkaitan antara langkah proses pengembangan teknologi yang umumnya dilakukan dengan konsep TKT dari NASA (disebut TRL meter) dapat diilustrasikan pada Gambar 2 berikut. Gambar 2 menunjukkan tahapan/langkah dari ”riset teknologi yang bersifat dasar” hingga ”pengujian sistem, peluncuran, dan pengoperasian” merupakan langkah sekuensial generik dalam rangka pengembangan teknologi hingga semakin siap diterapkan/dialihkan.
Meminjam karakterisasi US GAO tentang pengetahuan yang diperlukan dalam pengembangan suatu produk, terdapat tiga titik pengetahuan (knowledge points), yaitu: saat kesesuaian tercapai antara persyaratan konsumen/pengguna dengan ketersediaan teknologi; saat desain produk dinilai mampu memenuhi persyaratan kinerja; dan saat produk dinilai dapat diproduksi dengan sasaran biaya, jadwal dan kualitas tertentu (Gambar 3).
Konsep demikian menunjukkan bahwa kesiapan teknologi merupakan faktor penentu keberhasilan bagi pengembangan produk. Semakin tinggi tingkat kesiapan teknologi, semakin besar pula peluang keberhasilan program pengembangan produk dan produksi sesungguhnya. Karena itu, pengembangan teknologi perlu ”memastikan” agar tingkat kesiapan teknologi tertentu dapat tercapai sebelum diadopsi oleh pengguna (calon penggunanya).
Dari kajian yang dilakukan, US GAO mengungkapkan bahwa TKT sangat perlu dalam penyesuaian teknologi terhadap persyaratan peluncuran produk. Seperti ditunjukkan secara sederhana pada Gambar 4, untuk meningkatkan keberhasilan program teknologi bagi pengembangan produk, maka disarankan bahwa keputusan penetapan TKT minimum yang dicapai oleh lembaga litbang. DOD/NASA (GAO) setidaknya adalah pada pada TKT 6.
Di antara cara/alat (tools) yang dewasa ini dinilai sangat bermanfaat dalam pengembangan teknologi khususnya (beserta agenda litbang dan aktivitas pendukung lain) dan berinovasi pada umumnya terutama dalam kerangka perencanaan jangka menengah (biasanya 3 – 6 tahun) adalah metode pemetarencanaan teknologi/PRT (technology roadmapping/TRM).4 Dalam kerangka PRT ini, pengukuran TKT dan agenda peningkatannya menjadi bagian sangat penting. Di sini, PRT perlu dapat ”menjawab” apa, bagaimana, oleh siapa dan kapan langkah pengembangan (peningkatan kesiapan teknologi) dan pemanfaatan teknologi sebaiknya dilakukan. Sebaliknya, pengetahuan tentang dan pengukuran TKT juga sangat penting dalam memahami bagaimana ”status” teknologi pada saat tertentu dan apa yang perlu dilakukan selanjutnya melalui agenda aksi dalam suatu petarencana (road map) (lihat ilustrasi Gambar 5).
Terkait dengan peningkatan kesiapan teknologi tersebut, maka salah satu langkah yaitu pengembangan prototipe (purwarupa) misalnya, tentu perlu direncanakan dengan tepat dalam kerangka pemenuhan persyaratan adopsi (komersialisasi) teknologi (ilustrasi Gambar 6).
PENUTUP
Kesepahaman para pihak tentang kesiapan teknologi merupakan hal sangat penting yang mempengaruhi terjadinya proses ”transaksi” teknologi yang saling menguntungkan antara pihak ”penyedia” dengan pihak ”pengguna (calon pengguna)” teknologi. Ketidakjelasan tentang kesiapan teknologi berpotensi memunculkan asimetri informasi, persepsi risiko yang ”berlebihan” atau bahkan underestimated sehingga menghambat transaksi dan/atau mengakibatkan kegagalan dalam proses produktif.
Menyadari pentingnya hal ini, beberapa pihak mengembangkan konsep dan upaya bagaimana mengukur tingkat kesiapan teknologi/TKT (Technology Readiness Level/TRL). TKT/TRL pada mulanya oleh lembaga-lembaga Pemerintah AS, terutama di lingkungan Departemen Pertahanan dan NASA. TKT/TRL merupakan suatu ukuran yang digunakan untuk mengkaji kematangan dari teknologi yang berkembang sebelum mengintegrasikannya dalam suatu sistem atau subsistem.
Pada umumnya, manakala suatu teknologi baru dikonsepkan (”ditemukan” atau merupakan suatu invensi baru) maka teknologi tersebut belumlah siap untuk segera diaplikasikan. ”Teknologi” demikian biasanya masih membutuhkan eksperimentasi, penyempurnaan, dan pengujian terus-menerus agar lebih realistis untuk diterapkan. Apabila telah cukup ”teruji” (proven), maka teknologi tersebut dapat diintegrasikan kedalam suatu sistem atau subsistem yang relevan.
Dapat disimpulkan bahwa kematangan/kesiapan teknologi sangat menentukan keberhasilan program pemanfaatan teknologi dalam pengembangan produk. Semakin matang/siap suatu teknologi pada awal program, semakin besar peluang keberhasilan program tersebut mencapai tujuannya.
P2KTPUDPKM – BPPT dan KRT. 2005.
Tulisan : Dr. Tatang A. Taufik, bekerja di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Di antara pengertian umum tentang teknologi antara lain adalah sebagai berikut :