yyudhanto on Desain
27 Jul 2025 15:50 - 6 minutes reading

Metode dalam Human-Centered Design (HCD)

Penggunaan metode yang tepat dalam proses pengembangan software memiliki peran yang sangat penting, terutama untuk memastikan bahwa software yang dikembangkan: Relevan dengan kebutuhan pengguna, Efisien dalam pengembangan, Dapat dipelihara dan ditingkatkan di masa depan dan Berkualitas secara teknis dan fungsional

Berikut adalah penjelasan pentingnya penggunaan metode dalam proses pengembangan software secara sistematis dan berbasis akademik:

1. Menjamin Kesesuaian dengan Kebutuhan Pengguna. Metode seperti Design Thinking, UCD, atau HCD memastikan bahwa kebutuhan pengguna diidentifikasi dan dipahami sejak awal. 🔹 Tanpa metode, pengembang berisiko membuat sistem yang tidak sesuai dengan ekspektasi atau realitas pengguna, meskipun secara teknis berfungsi.  Sumber: Norman, D. (2013). The Design of Everyday Things

2. Mengelola Proyek Secara Terstruktur dan Sistematis. Metode memberikan kerangka kerja dan tahapan yang jelas (analisis, desain, implementasi, testing, evaluasi). 🔹 Hal ini penting untuk menghindari kekacauan manajemen proyek, terutama pada tim besar atau proyek jangka panjang. Sumber: Sommerville, I. (2016). Software Engineering

3. Meningkatkan Efisiensi dan Efektivitas Pengembangan. Dengan metode seperti Agile, Scrum, atau Lean UX, tim dapat melakukan iterasi cepat dan validasi terus-menerus, sehingga mengurangi risiko kegagalan di akhir. Efisiensi meningkat karena feedback pengguna diperoleh sejak awal. Sumber: Beck, K. et al. (2001). Manifesto for Agile Software Development

4. Meningkatkan Kualitas Produk Akhir. Metode berbasis pengguna seperti User-Centered Design atau Participatory Design membantu menciptakan software yang mudah digunakan (usability), intuitif, dan sesuai konteks. Kualitas teknis (stabilitas, performa, keamanan) juga lebih terkontrol dengan metode formal. Sumber: ISO 9241-210:2019 – Human-centred design for interactive systems

5. Memudahkan Dokumentasi dan Pemeliharaan. Metode pengembangan seperti Waterfall atau RUP menekankan dokumentasi formal, yang berguna untuk: Audit, Pemeliharaan jangka panjang, Transfer pengetahuan ke tim baru. Sumber: Pressman, R. S., & Maxim, B. R. (2014). Software Engineering: A Practitioner’s Approach

6. Meningkatkan Kolaborasi Tim Multidisiplin. Metode seperti Design Thinking dan EBCD mendorong kolaborasi antar tim (desainer, developer, pengguna, stakeholder). Ini penting dalam pengembangan sistem yang kompleks dan menyangkut banyak pihak (misal: aplikasi kesehatan, layanan publik, dsb). Sumber: Plattner, H., Meinel, C., & Leifer, L. (2011). Design Thinking: Understand – Improve – Apply

Dalam bidang HCI (Human Computer Interaction). Human-Centered Design (HCD) adalah pendekatan desain yang berfokus pada kebutuhan, pengalaman, dan perspektif manusia sebagai pusat dari proses perancangan solusi. Pendekatan ini banyak digunakan dalam desain produk, layanan, sistem, maupun kebijakan, dengan tujuan agar hasil akhirnya benar-benar relevan dan bermanfaat bagi penggunanya. Karakteristik HCD adalah:

  • Fokus pada pengguna akhir.
  • Prosesnya bersifat iteratif (berulang).
  • Menggabungkan unsur empati, partisipasi pengguna, dan pengujian solusi.

Design Thinking

Design Thinking adalah metode atau proses kreatif-problem solving yang sering digunakan dalam pendekatan HCD. Design Thinking membantu tim desain atau peneliti untuk memahami pengguna, mendefinisikan masalah secara tepat, serta mengembangkan dan menguji solusi secara iteratif. Biasanya terdiri dari 5 tahap:

  1. Empathize – memahami pengguna melalui observasi dan wawancara.
  2. Define – merumuskan masalah dari sudut pandang pengguna.
  3. Ideate – menciptakan berbagai ide solusi.
  4. Prototype – membuat model atau versi awal solusi.
  5. Test – menguji solusi dan memperbaiki berdasarkan masukan.

Hubungan HCD dan Design Thinking adalah bahwa Design Thinking adalah bagian dari HCD. HCD adalah pendekatan yang lebih luas, sedangkan Design Thinking adalah metode praktis yang digunakan dalam proses HCD. Semua proses Design Thinking mengandung nilai-nilai HCD seperti empati, kolaborasi, dan fokus pada pengguna. Contoh Penerapannya adalah ketika mendesain aplikasi kesehatan untuk lansia:

  • HCD mengarahkan seluruh pendekatan untuk memahami bagaimana lansia menggunakan teknologi.
  • Design Thinking digunakan untuk menggali masalah spesifik, membuat prototipe, dan mengujinya langsung kepada lansia untuk mendapatkan umpan balik nyata.

Design Thinking adalah metode dalam pendekatan Human-Centered Design (HCD). Keduanya saling melengkapi: HCD memberi kerangka pikir yang berfokus pada manusia, dan Design Thinking menyediakan langkah-langkah praktis untuk menerapkan pendekatan tersebut.

Selain Design Thinking, ada beberapa metode lain dalam pendekatan Human-Centered Design (HCD) yang juga digunakan untuk merancang solusi yang berfokus pada kebutuhan manusia. Metode-metode ini bisa digunakan secara alternatif atau komplementer terhadap Design Thinking, tergantung konteks, tujuan, dan sumber daya yang tersedia. Berikut adalah beberapa metode populer selain Design Thinking dalam kerangka HCD:

1. Participatory Design (PD). Metode yang melibatkan langsung pengguna sebagai co-designer dalam proses perancangan. Fokus kepada Kolaborasi antara desainer dan pengguna untuk bersama-sama menciptakan solusi.  Keunggulanya adalah: Meningkatkan akurasi kebutuhan pengguna dan Membangun rasa kepemilikan dari pengguna terhadap solusi. Contoh: Dalam pengembangan sistem informasi desa, warga desa dilibatkan dalam merancang antarmuka dan alur layanan.

2. User-Centered Design (UCD). Pendekatan sistematis yang menempatkan kebutuhan, preferensi, dan batasan pengguna sebagai pusat desain sepanjang siklus hidup produk. Fokusnya adalah pengujian usability secara berulang selama pengembangan. Langkah Umumnya adalah:

  1. Analisis konteks penggunaan
  2. Spesifikasi kebutuhan pengguna
  3. Desain solusi
  4. Evaluasi berulang

Perbedaan dengan Design Thinking: Lebih teknis dan berbasis uji performa pengguna dibandingkan eksploratif seperti Design Thinking.

3. Ethnographic Research / Contextual Inquiry. Metode berbasis observasi langsung dan wawancara dalam konteks nyata pengguna. Fokusnya adalah Memahami perilaku, nilai, dan lingkungan pengguna secara mendalam. Sedangkan Keunggulannya adalah: Sangat cocok untuk memetakan kebutuhan tersembunyi (latent needs) dan Menghasilkan insight yang kaya untuk tahap awal desain.

4. Experience-Based Co-Design (EBCD). Metode kolaboratif yang melibatkan pengguna dan penyedia layanan dalam merancang ulang pengalaman layanan berdasarkan pengalaman nyata. Fokusnya adalah: Kualitas interaksi dan pengalaman emosional pengguna. Biasa digunakan dalam: Sektor layanan publik dan kesehatan.

5. Lean UX. Pendekatan desain yang menekankan eksperimen cepat dan validasi cepat terhadap asumsi. Fokusnya adalah Mengurangi dokumentasi berlebihan dan bergerak cepat dalam iterasi desain berdasarkan data nyata. Cocok untuk: Tim agile, startup, dan proyek dengan dinamika tinggi.

Berikut ini adalah tabel Perbandingan Metode dalam HCD

MetodeFokus UtamaKelebihanKelemahanDigunakan Sumber
Design ThinkingInovasi solusi berbasis empati dan eksplorasi ideFleksibel, iteratif, mendorong inovasi dan empatiButuh fasilitasi yang baik, bisa terlalu eksploratifDesain produk, layanan, sistem inovatifBrown, T. (2009). Change by Design. IDEO; Plattner, H., Meinel, C., & Leifer, L. (2011)
Participatory DesignKolaborasi pengguna sebagai co-designerPartisipasi tinggi, meningkatkan rasa kepemilikan penggunaProses bisa lambat dan memerlukan koordinasi intensifProyek sosial, komunitas, pemerintahanSchuler, D., & Namioka, A. (1993). Participatory Design: Principles and Practices
User-Centered Design (UCD)Kebutuhan dan batasan pengguna dalam desain produkSistematis, berorientasi usability dan kebutuhan nyataKurang inovatif, fokus sempit pada fungsionalitasProduk digital dan sistem informasi interaktifNorman, D. A., & Draper, S. W. (1986). User Centered System Design
Ethnographic ResearchObservasi dan wawancara dalam konteks nyata penggunaInsight kontekstual mendalam, memahami kebutuhan tersembunyiProses panjang, interpretasi bisa subjektifRiset awal untuk pemahaman mendalamBlomberg, J., Burrell, M., & Guest, G. (2003). Ethnographic Field Methods and Their Relation to Design
Experience-Based Co-DesignPerbaikan layanan berbasis pengalaman emosionalMelibatkan pengguna dan penyedia layanan secara aktifKurang cocok untuk produk teknisLayanan publik dan kesehatanBate, P., & Robert, G. (2007). Bringing User Experience to Healthcare Improvement
Lean UXValidasi asumsi dan iterasi cepat berbasis feedbackCepat, cocok untuk tim agile dan startupDokumentasi minim, potensi hasil kurang mendalamPengembangan produk digital secara cepatGothelf, J., & Seiden, J. (2013). Lean UX: Applying Lean Principles to Improve User Experience

Menggunakan metode dalam pengembangan software bukan sekadar formalitas, tetapi merupakan fondasi penting untuk memastikan bahwa software: Relevan, Efisien, Berkualitas, Dan mampu memberikan solusi nyata bagi pengguna.

Metode membantu menghindari pendekatan trial-and-error yang mahal, dan menggantinya dengan proses yang empiris, logis, sistematis, dan berorientasi hasil. Semoga bermanfaat

yudho yudhanto uns solo
yudho yudhanto kompas com
yudho yudhanto dirjen vokasi
yudho yudhantookezone
yudho yudhanto inews
yudho yudhanto tribunews

Arsip:

_____

Kategori: