yyudhanto on Sejarah Teknologi
25 Feb 2025 19:48 - 6 minutes reading

Teknologi Museum Virtual

Museum merupakan institusi yang memiliki peran penting dalam melestarikan, memamerkan, dan mengedukasi masyarakat mengenai berbagai aspek sejarah, budaya, ilmu pengetahuan, serta seni. Seiring dengan perkembangan teknologi digital, konsep museum mengalami evolusi dari bentuk fisik atau konvensional ke bentuk digital yang dikenal sebagai museum virtual. Saat ini secara umum, generasi muda kurang menyukai untuk datang dan hadir di museum. Kesan jadul dan lawas membuat generasi mudah enggan kecuali jika terpaksa.

Pengertian Museum Konvensional

Museum konvensional adalah institusi fisik yang mengoleksi, mengelola, dan memamerkan berbagai artefak yang memiliki nilai sejarah, seni, atau ilmu pengetahuan. Museum ini menyediakan ruang fisik bagi pengunjung untuk melihat langsung koleksi yang dipamerkan, sering kali dilengkapi dengan panduan atau informasi yang diberikan melalui label atau pemandu wisata.

Menurut International Council of Museums (ICOM), museum adalah “lembaga permanen yang melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, yang mengakuisisi, mengonservasi, meneliti, mengomunikasikan, dan memamerkan warisan budaya dan alam, baik untuk tujuan edukasi maupun rekreasi” (ICOM, 2007).

Contoh museum konvensional yang terkenal di dunia adalah:

  1. The Louvre Museum (Paris, Prancis)
  2. The British Museum (London, Inggris)
  3. The Metropolitan Museum of Art (New York, Amerika Serikat)
  4. Museum Nasional Indonesia (Jakarta, Indonesia)

Museum konvensional memiliki keunikan tersendiri karena pengunjung dapat mengalami interaksi langsung dengan koleksi, merasakan suasana museum, dan mendapatkan pengalaman edukatif yang lebih mendalam melalui berbagai kegiatan seperti pameran interaktif, lokakarya, serta pertunjukan seni dan budaya.

Pengertian Museum Virtual

Museum virtual adalah bentuk museum yang berbasis digital dan dapat diakses melalui internet. Museum ini tidak memiliki lokasi fisik tetap dan sering kali berbentuk website, aplikasi, atau platform digital yang menampilkan koleksi dalam format gambar, video, tur virtual 360 derajat, serta teknologi interaktif lainnya seperti augmented reality (AR), virtual reality (VR), WebVR/AR, dan pemanfaatan kamera 360 derajat.

Museum virtual memungkinkan pengguna dari berbagai belahan dunia untuk menjelajahi koleksi dan mendapatkan informasi tentang artefak tanpa harus mengunjungi museum secara langsung. Konsep museum ini semakin berkembang dengan adanya teknologi digital yang memungkinkan pengalaman interaktif yang mendekati pengalaman di museum fisik.

Teknologi seperti VR dan AR memungkinkan pengunjung untuk mengalami pengalaman mendalam dan interaktif dalam menjelajahi museum virtual. Dengan VR, pengguna dapat masuk ke dalam simulasi tiga dimensi yang menyerupai museum nyata, sedangkan AR memungkinkan pengguna melihat artefak digital yang berinteraksi dengan lingkungan sekitar mereka. WebVR/AR semakin mempermudah akses dengan memungkinkan pengalaman imersif langsung dari browser web tanpa memerlukan aplikasi tambahan. Selain itu, pemanfaatan kamera 360 derajat memungkinkan pengunjung menikmati tur virtual dengan perspektif yang lebih luas dan mendalam, seolah-olah mereka benar-benar berada di dalam museum.

Salah satu inovasi terbaru dalam museum modern adalah penggunaan immersive room, yaitu ruangan yang dirancang dengan teknologi proyeksi digital 360 derajat dan sensor interaktif untuk menciptakan pengalaman mendalam bagi pengunjung. Dalam museum virtual, immersive room memungkinkan pengguna merasakan sensasi berada di dalam lingkungan sejarah atau artistik yang realistis, misalnya berjalan di antara lukisan terkenal atau menjelajahi reruntuhan kuno dalam skala yang nyata. Teknologi ini tidak hanya membuat museum lebih menarik, tetapi juga meningkatkan pemahaman dan apresiasi terhadap seni, sejarah, dan budaya.

Contoh museum virtual terkenal:

  1. Google Arts & Culture – Menyediakan akses ke koleksi dari berbagai museum di dunia dalam bentuk digital.
  2. The Louvre Virtual Tour – Menyediakan tur digital ke berbagai galeri di Museum Louvre.
  3. The British Museum Online Collection – Memungkinkan pengunjung untuk menjelajahi koleksi museum melalui internet.

Menurut Parry (2010), museum virtual adalah “ruang digital yang menyediakan pengalaman museum tanpa batasan geografis dan waktu, serta memberikan akses yang lebih luas kepada masyarakat untuk menikmati warisan budaya dan sejarah.”

Perbedaan Museum Virtual dan Museum Konvensional

AspekMuseum KonvensionalMuseum Virtual
LokasiBerada di tempat fisik tertentuDapat diakses secara online dari mana saja
InteraksiPengalaman langsung dengan artefak asliPengalaman digital melalui gambar, video, VR, AR, WebVR/AR, atau kamera 360 derajat
AksesibilitasTerbatas oleh lokasi dan jam operasionalDapat diakses kapan saja dan dari mana saja
Biaya KunjunganUmumnya berbayarSebagian besar gratis atau dengan biaya rendah
Penyajian InformasiInformasi diberikan melalui label, pemandu, atau multimedia interaktifInformasi diberikan melalui deskripsi digital, audio guide, atau teknologi AI
FleksibilitasBergantung pada kapasitas ruang dan koleksi yang tersediaDapat diperbarui dengan koleksi digital tanpa batas

Museum virtual memiliki keunggulan dalam hal aksesibilitas dan fleksibilitas, sedangkan museum konvensional menawarkan pengalaman nyata yang lebih autentik dan mendalam bagi pengunjung.

Strategi Museum untuk Menarik Minat Generasi Muda

Berdasarkan data dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, jumlah museum resmi di Indonesia mengalami variasi dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2020, tercatat ada 439 museum di seluruh Indonesia. Namun, sumber lain menyebutkan bahwa pada tahun 2023, jumlah museum mencapai 450. Perbedaan angka ini mungkin disebabkan oleh pembukaan museum baru atau perubahan dalam pendataan.

Museum saat ini harus beradaptasi untuk menarik perhatian generasi muda, seperti Gen-Z, Gen-Alpha, Milenial, dan bahkan Gen-Beta. Beberapa strategi yang dapat diterapkan oleh museum untuk menarik minat mereka antara lain:

  1. Pemanfaatan Teknologi Digital
    • Integrasi AR dan VR untuk menciptakan pengalaman interaktif.
    • Penggunaan WebVR/AR dan tur virtual dengan kamera 360 derajat.
    • Aplikasi seluler dengan fitur gamifikasi dan edukasi interaktif.
    • Penggunaan immersive room untuk menciptakan pengalaman yang lebih mendalam dan spektakuler.
  2. Gamifikasi dan Tantangan Digital
    • Menyediakan kuis dan permainan berbasis museum.
    • Menggunakan elemen pencapaian (achievement) dan leaderboard.
    • Program pemburu harta karun digital (digital scavenger hunt) berbasis AR.
  3. Kolaborasi dengan Influencer dan Media Sosial
    • Mengundang influencer untuk mempromosikan museum melalui TikTok, Instagram, dan YouTube.
    • Mengadakan tantangan kreatif di media sosial, seperti lomba foto atau video museum.

Dengan strategi ini, museum dapat tetap relevan dan menarik bagi generasi muda, sekaligus memberikan pengalaman yang lebih mendalam dan interaktif bagi pengunjung.

Museum, baik konvensional maupun virtual, memiliki peran penting dalam pelestarian sejarah, budaya, dan ilmu pengetahuan. Museum konvensional memberikan pengalaman autentik yang lebih mendalam bagi pengunjung, sementara museum virtual menawarkan akses yang lebih luas dan fleksibel dengan pemanfaatan teknologi VR, AR, WebVR/AR, kamera 360 derajat, Immersive Room dan berbagai teknologi yang membuat pengelola dan visitor semakin mudah dalam menikmati koleksi museum.

Daftar Buku dan Jurnal tentang Museum Virtual

  1. Parry, R. (2010). Museums in a Digital Age. Routledge.
  2. Cameron, F., & Kenderdine, S. (2007). Theorizing Digital Cultural Heritage: A Critical Discourse. MIT Press.
  3. Marty, P. F., & Jones, K. B. (2008). Museum Informatics: People, Information, and Technology in Museums. Routledge.
  4. Economou, M. (2015). The Evaluation of Museum Multimedia Applications: A Holistic Approach. Curator: The Museum Journal.
  5. Styliani, S., Fotis, L., Kostas, K., & Petros, P. (2009). Virtual museums, a survey and some issues for consideration. Journal of Cultural Heritage.
  6. Lin, C. A., & Gregor, S. (2006). Designing Websites for Learning and Enjoyment: A Study of Museum Experiences. International Journal of Human-Computer Studies.
  7. Vayanou, M., Katifori, A., & Antoniou, A. (2020). Storytelling in Virtual Museums: Engaging Audiences in Cultural Heritage Experiences. Heritage.
  8. Carrozzino, M., & Bergamasco, M. (2010). Beyond virtual museums: Experiencing immersive virtual reality in real museums. Journal of Cultural Heritage.
  9. Pallud, J. (2017). Impact of interactive technologies on stimulating learning experiences in a museum. Information & Management.
  10. Coates, M. (2021). Immersive Museum Experiences: The Future of Digital Engagement. Museum International.

yudho yudhanto uns solo
yudho yudhanto kompas com
yudho yudhanto dirjen vokasi
yudho yudhantookezone
yudho yudhanto inews
yudho yudhanto tribunews

Arsip:

_____

Kategori: