Museum merupakan institusi yang memiliki peran penting dalam melestarikan, memamerkan, dan mengedukasi masyarakat mengenai berbagai aspek sejarah, budaya, ilmu pengetahuan, serta seni. Seiring dengan perkembangan teknologi digital, konsep museum mengalami evolusi dari bentuk fisik atau konvensional ke bentuk digital yang dikenal sebagai museum virtual. Saat ini secara umum, generasi muda kurang menyukai untuk datang dan hadir di museum. Kesan jadul dan lawas membuat generasi mudah enggan kecuali jika terpaksa.
Museum konvensional adalah institusi fisik yang mengoleksi, mengelola, dan memamerkan berbagai artefak yang memiliki nilai sejarah, seni, atau ilmu pengetahuan. Museum ini menyediakan ruang fisik bagi pengunjung untuk melihat langsung koleksi yang dipamerkan, sering kali dilengkapi dengan panduan atau informasi yang diberikan melalui label atau pemandu wisata.
Menurut International Council of Museums (ICOM), museum adalah “lembaga permanen yang melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, yang mengakuisisi, mengonservasi, meneliti, mengomunikasikan, dan memamerkan warisan budaya dan alam, baik untuk tujuan edukasi maupun rekreasi” (ICOM, 2007).
Contoh museum konvensional yang terkenal di dunia adalah:
Museum konvensional memiliki keunikan tersendiri karena pengunjung dapat mengalami interaksi langsung dengan koleksi, merasakan suasana museum, dan mendapatkan pengalaman edukatif yang lebih mendalam melalui berbagai kegiatan seperti pameran interaktif, lokakarya, serta pertunjukan seni dan budaya.
Museum virtual adalah bentuk museum yang berbasis digital dan dapat diakses melalui internet. Museum ini tidak memiliki lokasi fisik tetap dan sering kali berbentuk website, aplikasi, atau platform digital yang menampilkan koleksi dalam format gambar, video, tur virtual 360 derajat, serta teknologi interaktif lainnya seperti augmented reality (AR), virtual reality (VR), WebVR/AR, dan pemanfaatan kamera 360 derajat.
Museum virtual memungkinkan pengguna dari berbagai belahan dunia untuk menjelajahi koleksi dan mendapatkan informasi tentang artefak tanpa harus mengunjungi museum secara langsung. Konsep museum ini semakin berkembang dengan adanya teknologi digital yang memungkinkan pengalaman interaktif yang mendekati pengalaman di museum fisik.
Teknologi seperti VR dan AR memungkinkan pengunjung untuk mengalami pengalaman mendalam dan interaktif dalam menjelajahi museum virtual. Dengan VR, pengguna dapat masuk ke dalam simulasi tiga dimensi yang menyerupai museum nyata, sedangkan AR memungkinkan pengguna melihat artefak digital yang berinteraksi dengan lingkungan sekitar mereka. WebVR/AR semakin mempermudah akses dengan memungkinkan pengalaman imersif langsung dari browser web tanpa memerlukan aplikasi tambahan. Selain itu, pemanfaatan kamera 360 derajat memungkinkan pengunjung menikmati tur virtual dengan perspektif yang lebih luas dan mendalam, seolah-olah mereka benar-benar berada di dalam museum.
Salah satu inovasi terbaru dalam museum modern adalah penggunaan immersive room, yaitu ruangan yang dirancang dengan teknologi proyeksi digital 360 derajat dan sensor interaktif untuk menciptakan pengalaman mendalam bagi pengunjung. Dalam museum virtual, immersive room memungkinkan pengguna merasakan sensasi berada di dalam lingkungan sejarah atau artistik yang realistis, misalnya berjalan di antara lukisan terkenal atau menjelajahi reruntuhan kuno dalam skala yang nyata. Teknologi ini tidak hanya membuat museum lebih menarik, tetapi juga meningkatkan pemahaman dan apresiasi terhadap seni, sejarah, dan budaya.
Contoh museum virtual terkenal:
Menurut Parry (2010), museum virtual adalah “ruang digital yang menyediakan pengalaman museum tanpa batasan geografis dan waktu, serta memberikan akses yang lebih luas kepada masyarakat untuk menikmati warisan budaya dan sejarah.”
Aspek | Museum Konvensional | Museum Virtual |
---|---|---|
Lokasi | Berada di tempat fisik tertentu | Dapat diakses secara online dari mana saja |
Interaksi | Pengalaman langsung dengan artefak asli | Pengalaman digital melalui gambar, video, VR, AR, WebVR/AR, atau kamera 360 derajat |
Aksesibilitas | Terbatas oleh lokasi dan jam operasional | Dapat diakses kapan saja dan dari mana saja |
Biaya Kunjungan | Umumnya berbayar | Sebagian besar gratis atau dengan biaya rendah |
Penyajian Informasi | Informasi diberikan melalui label, pemandu, atau multimedia interaktif | Informasi diberikan melalui deskripsi digital, audio guide, atau teknologi AI |
Fleksibilitas | Bergantung pada kapasitas ruang dan koleksi yang tersedia | Dapat diperbarui dengan koleksi digital tanpa batas |
Museum virtual memiliki keunggulan dalam hal aksesibilitas dan fleksibilitas, sedangkan museum konvensional menawarkan pengalaman nyata yang lebih autentik dan mendalam bagi pengunjung.
Berdasarkan data dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, jumlah museum resmi di Indonesia mengalami variasi dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2020, tercatat ada 439 museum di seluruh Indonesia. Namun, sumber lain menyebutkan bahwa pada tahun 2023, jumlah museum mencapai 450. Perbedaan angka ini mungkin disebabkan oleh pembukaan museum baru atau perubahan dalam pendataan.
Museum saat ini harus beradaptasi untuk menarik perhatian generasi muda, seperti Gen-Z, Gen-Alpha, Milenial, dan bahkan Gen-Beta. Beberapa strategi yang dapat diterapkan oleh museum untuk menarik minat mereka antara lain:
Dengan strategi ini, museum dapat tetap relevan dan menarik bagi generasi muda, sekaligus memberikan pengalaman yang lebih mendalam dan interaktif bagi pengunjung.
Museum, baik konvensional maupun virtual, memiliki peran penting dalam pelestarian sejarah, budaya, dan ilmu pengetahuan. Museum konvensional memberikan pengalaman autentik yang lebih mendalam bagi pengunjung, sementara museum virtual menawarkan akses yang lebih luas dan fleksibel dengan pemanfaatan teknologi VR, AR, WebVR/AR, kamera 360 derajat, Immersive Room dan berbagai teknologi yang membuat pengelola dan visitor semakin mudah dalam menikmati koleksi museum.